SELAMAT DATANG!!!

Senin, 07 Oktober 2013

Nilai Religius Islam Dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin








Nama: Wa Ode Salmiani Nur
Stambuk: A1D1 11 017
Kelas: Ganjil A

Nama            : Safiudin
Nomor Stambuk    : A1D1 05 089
Judul Penelitian    : Nilai Religius Islam Dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin
Dosen Pembimbing    :1. Dr. La Niampe, M.Hum.
2. Drs. Fahruddin Hanafi, M.Pd
Tahun Skripsi        : 2011


Nilai Religius Islam Dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin#



ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Nilai Religius Islam Dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin”. Penilitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa karya sastra tidak dapa dilepaskan dari persoalan  agama.Hal ini dapat dilihat melalui novel sangkakala cinta karya Khaeron Sirin yang sangat dominan dengan nilai religius islam. Tema yang diangkat dalam karyanya selalu menghadirkan kehidupan beragama. Selain itu, juga tampak dari segi sisi yakni menghadirkan kehidupan keriligiusan yang dimiliki oleh Fakih sebagai tokoh utamanya. Juga dari teknik penyampaianya dengan pemilihan kata yang sangat lugas dan mudah dipahami oleh masyarakat awam, namun tidak meninggalkan nilai atau pesan agama di dalam karyanya. Berdasarkan hal tersebut di atas, permasalahan yang muncul dalam  penelitian ini adalah nilai-nilai religius islam apa saja yang terdapat dalam novel sangkakala cinta karya Khaeron Sirin? Berkaitan dengan permasalahan tersebut,penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang obyektif tentang nilai-nilai religius  islam dalam  novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin, sehingga dapat bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengenal nilai-nilai religius islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengkhususkan dan melihat melalui sudut pandang religius islam. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkan nilai religius islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaerron Sirin. Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang terdapat dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin. Teknik dalam penelitian ini adalah  (1) teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca-catat, dan (2) teknik analisis data menggunakan pendekatan struktural dengan bantuan pendekatan religius.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai religius islam dalam novel Sangkakala Cinta meliputi: (1) nilai akidah yang berupa iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada rasul Allah, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir Allah, (2) niali syariat yang berupa menjalankan ibadah sholat dan berdoa, dan (3) nilai akhlak yang berupa berbakti kepada orang tua, saling menolong, saling memaafkan, bersyukur, menjauhi perbuatan syirik, berpendirian, dan bersilaturohim. Nilai-nilai islam terrsebut dianalisis menggunakan teori struktural yang dilihat dari tokoh dan penokohan dalam novel  Sangkakala Cinta dengan menggunakan bantuan pendekatan religius untuk menemukan nilai-nilai islaminya.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karya satra merupakan  hasil ekspresi seorang pengarang. Apa yang dilihat dan dirasakan  oleh pengarang tersebut merupakan obyek  ide ynag ingin diungkapkan  dalam  karyanya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Sebuah karya sastra yang ditulis oleh sastrawan merupakan hasil ungkapan perasaa, pikiran, dan naluri kemanusiaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi lingkunan serta bentuk persoalannya. Pada umumnya karya sastra berbentuk kritikan,baik berupa pengungkapan ketidakpuasan terhadap keadilan, kekecewaan terhadap palsunya kebenaran, maupun pernyataan kegembiraan terhadap keberhasilan.
Salah satu syarat dalam  kehidupan  yang amat penting adalah keyakinan yang menjelma sebagai agama. Agama itu bertujuan untuk mencapai kedamaian rrohani dan kesejahteraan jasmani. Untuk mencapai kedua hal itu harus diikuti dengan syarat percaya dengan adanya tuhan yang menciptakan semua yang ada di dunia ini.
Orang-orang yang percaya dengan adanya Tuhan, selalu merrasa bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali tuhan Yang Maha sempurnah. Semuanya terjadi secara siklus. Senang-susah terus berganti. Kepercayaan itu berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri.
     Pengalaman  religi atau agama yang dialami seseorang dalam  kehidupannya, bisa menjadi inspirasi seorang pengarang untuk menuliskannya dalam  sebuah sebuah novel atau benntuk karya sastra lainnya dengan memperrhatikan nilai religius islaminya.  Oleh karena itu, sastra dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab banyak diantara karya sstra yang merupakan sarana penyampaian nilai-nilai keagamaan dan salahsatunya seperti yang ada dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron  Sirin.
Pembelajaran sastra baik di tingkat SMP dan SMA pada prrinsipnya bertujuan mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Seperti halnya buku bacaan pengetahuan lain, novel juga dapat difungsikan sebagai media pendidikan dan membantu menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam diri siswa sebagai usahamemperluas wawasan, memperhalus budi pekerti serta mengembangkan  kepekaan  siswa terhadap nilai-nilai indrawi, akali, dan sosial dalam  upaya pembentukan masyarrakat yang berwatak, beretika, dan berestetika melalui transfer of falue yang terkandung dalam novel.
Berdasarkan pemikiran di atas, pengajaran menganalisis dan mengkaji novel untuk mencari nilai-nilai religiusnya diharapkan menjadi bsebuah terobosan dalam menciptakan siswa-siswa yang hormat pada yang lebih tua, tenggang tasa pada yang seusia dan mencintai pada yang lebih muda, siswa yang menebarkan kebaikan tanpa pandang pilih, siswa yang mampu mengelola energinya dengan prestasidan aktualisasi kemampuan. Siswa yang tegar dengan segala lika-liku hidup (sehingga tidak mudahterjerumus pada kenikmatan yang melalaikan). Siswa yang memiliki otonomi moral atau akhlak sehingga tidak mudah terbawa oleh ajakan-ajakan negative, bahkan mampu mengingatkan jika orang lain terlanjur berperilaku negatif. Ini bukan dokrin, ini harapan yang terkumpul oleh kerinduan atas budaya religius yang makin terkikikisoleh dersanya kemajuan peradaban.
Novel Sangkakala Cinta dipilih dalam penelitian ini karana sangat menarik untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya yakni tentang kereligiusan yang dimilki oleh Fakih sebagai tokoh utamanya. Kereligiusan itu terkadang harus dapat ia pertahankan di tengah-tengah suasana yang selalu berganti dan sangat kuat pengaruhnya ketika ia sedang dalam perjalanan mencari pengalaman di dalam huupnya. Di sisi lain Fakih juga harus dapat berbaur dan berinteraksi denga orang di sekelilinganya yang memenga berbeda, baik tingakah laku maupun kebudayaan. Selain itu dari segi teknik penyampainnya, pengarang novel ini menggunakan pemilihan kata yang sangat lugas dan mudah dipahami oleh masyarakat awam, namun tidak meninggalkan nilai atau pesan agama di dalam karyanya.
Novel Sangkakala Cinta dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori strultural dengan bantuan pendekatan religi untuk menemukan nilai-nilai religius islam atau pesan agama di dalamnya. Penulis memilih menggunakan teori strruktural karena teori ini memnadang karya sastra sebagai teks mandiri dan dengan pendekatan ini, penulis berrmaksud untuk menjaga keobyektifan sebuah karya sastra, sehingga untuk memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, karya sastra harus dikaji berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niali penulis, dan lepas pula dari efeknya pada pembaca (Jabrohim 2003:54). Karya bsastra merupakan kesatuan structural yang setiap bagiannya menunjukan kepada keseluruhan. Dengan demikian, struktur karya sastra itu dibina oleh unsur-unsur karya sastra. Unsur-unsur tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Tetapi dalam penelitian ini, penulis leebih focus pada unsure intrinsiknya yang berupa tokoh dan penokohan saja untuk menemukan nilai-nilai religius islam yang ada di dalam novel Sangkakala Cinta.
Novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin mengisahkan perjalanan hhidup seorang anak muda saat ingin menggapai masa depannya. Fakih, pelaku utama dalam cerita ini, merasakan beratnya beban yang harus ia pikul demi merai cita-citanya. Fakih merupakan seorang pemuda miskin berasal dari Desa Belik-Pemalang ingin sekali melanjutkan studinya di UIN syarif Hidayatullah. Keinginannya tersebut tercapai meski harus meyakinkan kedua orang tuanya yang merasa tidak akan mampu memniayai sekolahnya. Setumpuk harapan yang sempat menggerutkan sketsa kebahagiaan di benak khayal Fakih, tidak tergambar jelas dalam perjalanan hidupnya. Kegagalan dan kekuatan terus membayangi.
Bukanlah Fakih kalau harus meratapi nasib. Dengan memiliki prinsip agama yang kuat, dari arah yang tidak disangka-sangka, ia menemukan jalan keluar dari derita itu. Ia berhasil mengais kembali puing-puing harapan yang terampas oleh derita. Atas izin Allah, ia pun berhasil meniti kembali cita-citanya.
Novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin merupakan novel yang bernuansa religius dan sarat akan nilai-nilai religius islam. Di dalamnya memaparrkan nilai-nilai agama yang perlu dimiliki oleh setiap orang, khususnya seorang mahasiswa karena tokoh utamanya yaitu Fakih adalah seorrang mahasiswa dengan mengambil latar kampus UIN Syarif Hidayatullah. Dengan demikian novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin tersebut dipandang perlu untuk diteliti guna nilai religius islam apa saja yang terkandung dalamnya.


Kajian Teori
Kajian teori di sini dimaksud langkah untukmenekuni pandangan para ahli yang berhubungan dengan sastra.  Teori para ahli merupakan bekal untuk mengadakan penelitian, mengumpulkan data, memerikasa data, sertamengolah data yang sudah terkumpul. Untuk ituklah dalam penelitian ini dikemukakansejumlah teori yang relevan dengan judul penelitian.
Teori Kesusastraan
Banyak pakar sastra yang memberikan batasantentang apa itu sastra diantaranya (Badudu, 1984: 5) yang menguraikan secara morfologis bahwa kata kesusastraan berasal dari kata su-sastra yang mendapat imbuhan ke-an. Kata dasar su-sastra sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu su yang berrarti baik, bagus, indah sedangkan sastra berarti tulisan.  Kata su-sastra  sendiri dalam bahasa Indonesia tidak cukup pemakainnya, kecuali dengan kata kesusastraan. Untuk pengertian su-sastra dewasa ini dipakai dalam kata sastra saja, sedangakan kesusastraan mengandung pengertian jamak yaitu sesuatu atau semua yang meliputi sastra.
Menurut Parkamin dalam Badudu, 1984: 6 pengertian kesusastraan berdasarkan arti katanya adalah semua tulisan atau karangan yang indah, yang berarti di dalamnya tercapai keseimbangan antara isinya yang indah yang dapat pula dilahirkan dalam bentuk bahasa yang indah.
Definisi tentang kesusastraan ini dikemukakan pula oleh Esten, 1981: 9 bahwa secara etimologi, kesusastraan lebih berarti karangan yang indah, sastra artinya tulisanatau karangan. Akan tetapi pengertian kesusastraan sekarang berkembang melebihi pengertian etimologisnya. Kata indah lebih luas maknanya, tidak hanya menyangkut pengertian rohani.
Sastra sebagai karya lisan atau tertulis yabg memiliki berbagai cirri keunggulan seperti keorrisinilan, keartistiakan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1984: 64).
Pengertian Novel
Menurut Sumardjo (1997: 29) istilah novel adalah sama dengan istilah roman. Kata novel berasal berasal dari bahasa Italia yang berkembang di Inggris  dan di Amerika Serikat. Sedangkan roman berasal dari genre romance dari abad pertengahan yang merupakan cerita penjang tentang kepahlawanana dan percintaan.
Menurut Tarigan (1985: 164) roman atau novel adalah suatau cerita dengan plot yang cukup panjang mengisi satu atau yang lebih menggarap kehidupan laki-laki dan wanita yang bersifat imajinatif. Menurut semi (1988: 32) mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu tegang pemusatan kehidupan byang tegas.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulakan bahwa novel merupakan buah pikiran pengarang yang sangaja dirreka untuk menyatakan buah pikiran atau ide, diolah penulis yang dihubungkan dengan kejadian atau peristiwa di sekelilingnya, bias juga merupakan pengalaman orang lain maupuan pengalaman penulis, polapenulisan mengalir secara bebas byang tidak terikat oleh  kaidah yang terdapat pada puisi.
Unsur-unsur yang Membangun Novel
Unsur yang membangun struktur fiksi ini ialah unsur ekstrinsik yaitu permasalahan kehidupan, falsafah, cita-cita, gagasan serta latar budaya yang menumpang kisahan cerita, dan unsur intrinsik (unsur dalam dari sebuah fiksi). Unsur intrinsik ini terdiri atas tema dan amanat, alur, perwatakan, sudut pandang, latar, gaya bahasa (Zulfahnur, 1996: 25).
Unsur-unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dalam sastra dan merupakan struktur yang susunana keseluruhannya utuh, unsur-unsurnya saling berhubungan, saling berkaitan erat.
Untuk dapat menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada unsur fiksi cerita yang berupa tokoh dan penokohan yang terdapat dalam teks novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin. Hal ini dikarenakan kedua unsur tersebut mendukung cerita.
Tokoh
Tokoh adalah elemen struktural fiksi yang melahirkan peristiwa. Tokoh yang biasa juga disebut pelaku adalah peran yang melakukan cerita itu atau yang diceritakan dalam cerita atau drama. Biasnya tokoh yang menjalin peristiwa dalam sebuah cerita atau novel.
Sumardjo dan Saini (1997: 144) berpendapat bahwa cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa yang digambarkan dalam plot. Menurutnya, tokoh dapat digolongkan berdasarkan perannya, yaitu:
Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis merupakan tokoh penganjawatan norma-norma, nilai-nilai bagi pembaca. Menurut Sudjiman (1990: 80), tokoh utama (protagonis) adalah tokoh dalam karya sastra yang memegang peran pemimpin di dalam drama atau cerita rekaan. Protagonis tidak identik dengan wirawan, tetapi selalu menjadi tokoh sentral.
Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh penantang utama dari tokoh protagonis. Protagonis mewakili yang baik dan yang terpuji karena biasanya menarik simpatik pembaca, sedangkan antagonis mewakili pihak yang jahat atau yang  salah (Sudjiman, 1990: 19)
Tokoh Tritagonis
Tokoh tritagonis adalah tokoh yang selalu bertindak sebagai pihak ketiga yang berusaha menjadi juru damai dalam konflik yang terjadi antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis  (Sudjiman, 1990: 20).
Penohokohan
Penokohan dan karakterisasi (karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan) menunjuk pada penenmptan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.
Ada dua cara pengarang memperkenalkan perwatakan tokoh dalam novel yaitu secara analitik dan dramatik. Semi (1988: 4), menjelaskan bahwa kedua cara di atas sebagai berikut:
a.    Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebaggainya.
b.    Secara dramatik yaitu pengarang tidak menceritakan langsung tetapi disampaikan melalui tiga hal yakni: (1) pilihan nama tokoh, (2) melalui gambaran tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, (3) melalui dialog, baik dialog yang bersangkutan dalam interaksinya dengan tokoh-tokoh lain.

Nialai
Pengertian Nilai
Menurut Daroeso (dalam Nurbanah, 2003: 16) nilai berarti suatu penghargaan atau kualitasterhadap sesuatu hal yang dapat dijadikan dasar penentu tingkah laku seseorang, karena suatu hal yang menhyenangkan (profitable) atau merupakan suatu sistem keyakinan (believe). Sementara itu, Semi (dalam Nurbanah, 2003: 16) mengatakan bahwa nilai adalah prinsip atau konsep mengenai apa yang dipandang baik dan benar yang hendak dituju.
Nilai tidak hanya tampak sebagai nialai bagi seorang saja, melainkan segala umat manusi. Nilai tampil sebagai sesuatu yang patutu dikerjakan dan dilaksanakan oleh semua orang. Oleh karena itu, nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Moedjianto dalam Soegito, 2003: 76). Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberiakn corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan, ketertarikan maupun perilaku.
Nilai dalam Sastra
Menurut Shipley (dalam Tarigan, 1985: 194-196) memberikan keterangan bahwa nilai-nilai dalam karya sastra dapat berupa:
a.    Nilai hedonik adalah bila nilai tersebut dapat memberikan kesenangan secara langsung kepada kita.
b.    Nilai artistic yaitu bila suatu karya sastra dapat memanifestasikan suatu seni atau keterangan seseorang dalam melakukan pekerjaan itu.
c.    Nilai cultural yaitu bila suatu karya sastra mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat atau suatu peradaban kebudayaan.
d.    Nilai estetis-moral-religi yaitu bila suatu karya sastra terpancar ajaran-ajaran yang ada sangkut pautnya dengan etika, moral, dan agama.
e.    Nilai praktis yaitu bila suatu karya sastra mengandung hal-hal praktis yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dikarenakan penelitian ini menyangkut masalah religius, maka lebih lanjut dikatakan bahwa nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterikatan manusia dengan Tuhan, keseriusan hati nurani, kesalehan, ketelitian dalam pertimbangan batin, dan sebagainya (Anonim, 1994: 65).

Religius
Kata religius merupakan terjemahan langsung dari bahasa Latinb yaitu religare yang berarti “ikatan” atau “pengikat diri”. Kata religius  biasa diterjemahkan dalam bahasa Indonnesia dengan perkataan agama. Namun di dalam pengertian yang lebih bernuansa kesusastraan perlu membedakan religius dan agama. Religius  berarti “ikatan” atau “pengikat diri” sedanhgkan agama memilikin pengertian peraturan atau ajaran. Oleh karennya perkataan religius lebih bersifat personalistis dari agamanya, artinya langsung mengenal dan menunjuk pribadi manusia, lebih menonjolkan eksistensi manusia yang hakiki (Dojosantosa, 1989: 98).
Religius dan Keagamaan
Menurut Mangunwijaya (1994: 11), religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menafaskan intimitas jiwa, yakni cita rasa yang mencakup totalitas ke dalam pribadi manusia. Sedangkan agama lebih menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan atau kepada “Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturran dan hukum-hukumnya, serta keseluruhan organisasi tafsir alkitab yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan.
Hubungan Religius dengan Sastra
Sastra dan religius mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hubungan sastra dengan religius dapat memaparkan segala bentuk aturan-aturan atau kaidah-kaidah serta norma kehidupan sentuhan seni dari segi bahasanya maupun tulisannya. Dengan kata lain, ajaran-ajaran agama yang dipaparkan dalam karya sastra mengandung unsur-unsur seni yangb bernilai religius (Iwo, 2001: 45).
Pengertian Islam
Suryana dkk (1996: 29) menyatakan bahwa Islam menurut bahasa berasal dari kata “aslama” yang berrarti tunduk, patuh dan berserah diri. Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAWberpedoman pada kitab suci Al Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.
Nilai-Nilai Religius Islam
Hakikat Nilai Islam
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identita yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran perasaan keterkaitan maupub perilaku. Drajat (1984: 260) mengemukakanbahwa sumber nilai islami dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yakni: (1) Nilai Illahi: Al Qur’an dan Al Hadist, dan (2) Nilai duniawi: pemikiran, adat istiadat.
Macam-Macam Nilai Islam
Akidah
Akidah Islam memiliki enam sendi yang dikenal dengan rukun iman. Akidah Islam merupakan bagian yang paling pokok dalam agama Islam yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amalan seseorang. Seseorang akan dipandang sebagai muslim atau bukan tergantung pada akidahnya.
Syariat
Secara etimologi syariat berarti sistem norma yang mengatur hubungan manuusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Menurut Azyumardi (2002: 36-38) syariat merupakan aturan berisi tata cara perilaku hidup manusia dengan melakukan hubungan untuk mencapai keselamatan.
Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata khalaqa dengan akar kata khulukun (Bahasa Arab) yang berarti perangai tabi’at dan adat atau darri kata khalaqun yang berarti kejadian buatan atau ciptaan. Jadi, secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang diperbuat (Daradjat, 1984: 30).
Teori Strukturalisme
Pemahaman terhadap karrya sastra dapat dilakukan dengan menggunakan teori struktural, yaitu penekanan terhadap deskripsi dalam suatu keseluruhan yang bermakna. Teori strukturalisme memiliki ciri utama totalitas bagian yang dapat dijelaskan dari hubungan diantara bagian itu. Selanjutnya Endraswara (2003: 49) berrpandangan bahwa strukturalisme pada dasarnya lebih merupakan cara berpikir tentang dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam hal ini strukturalisme diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling berhubungan.
Karya sastra dipandang bermutu, manakala karya tersebut mampu menjalin unsur-unsur secara padu dan bermakna. Secara struktural novel sebagai karya sastra tersusun atas beberapa unsur-unsur yang bersttruktur. Jadi, strukturalisme merupakan deskripsi hubungan fenomena berstruktur yang tujuannya memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antat unsur karya sastra itu untuk menghasilkan sebuah keseluruhan makna.
Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyususn teori-teori dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Cara kerja pendekatan religi berrbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau rasio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan).
Ihwal Penulis Novel Sangkakala Cinta
SIRIN MK, nama pena Khaeron Sirin, lahirr di Pemalang (Jawa Tengah). Menelesaikan pendidikan dasar (1988) dan Madrasyah Tsanawiah Negeri (1991) di Pamalang. Kemudian menamatkan Madrasyah Aliah Program Khusus (MAPK) di Solo (1994). Lalu menuntaskan kuliah S1 pada Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah IAIN Jakarta (1999), dan merampung S2 pada Program Studi Syariah Pascasarjana IAIN Jakarta (2003). Kegiatan saat ini adalah sebagai dosen di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (PTIQ) Jakarta.
METODE PENELITIAN
Metode dan Jenis Penelitian
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif diartikan sebagai proedur pemeccahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian dalam hal ini adalah nilai religius Islam berdasarkan fakta-fakta yang ditentukan sebagaimana adanya.
Menurut Nasution (dalam  Hidayat, 2001: 12) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah penelitian yang berusaha mengamati, memahami dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman makna. Penelitian ini mendeskripsikan data yang akan dianalisis berupa nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Dikatakan penelitian kepustaan karena penelitian inididukung oleh reverensi baik berupa teks novel maupun sumber buku penunjang lainnya yang mencakup masalah dalam penelitian ini. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang obyeknya berupa  buku, dokumen-dokumen cetakan atau naskah yang berbentuk manuskrip.
Data dan Sumber Data Penelitian
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tetulis berupa teks cerita yang berhubungan dengan nilai religius Islam yang terdapat dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.
Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku novel itu sendiri dalam hal ini adalah novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin yang diterbitkan oleh penerbit buku Republika cetakan 1 November 2009, memuat 8 bab dengan tebal 295 halaman.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah teknik membaca kritis dan pencatatan. Membaca kritis yang dimaksud adalah menelaah secara seksama rangkaian peristiwa yang ada dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin. Pencatatan yakni kegiatan mencatat data-data yang diperoleh dari hasil pembacaan seksama yang berkaitan dengan penelitian seperti kutipan yang meliputi tingkah laku tokoh, jaln pikiran tokoh, dan deskripsi pengarang untuk membentuk paparan kebahasaan yang memuat nilai religius Islam.
Teknik Analisis Data
Mata analisis data diuraikan sebagai berikut:
1.    Identifikasi data, artinya memberri kode pada data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.
2.    Klasifikasi data, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokan) data berdasarkan permasalahan penelitian.
3.    Deskripsi data, yaitu pemaparan data yang telah ditafsirkan ke dalam bentuk-bentuk paparan kebahasaan. Data yang sudah dipaparkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teori struktural dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan data tersebut.
4.    Menyimpulkan hasil analisis secara keseluruhan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Nilai Akidah
Nilai akidah adalah nilai yang berhubungan dengan keyakinan dan keimanan manusia terhadap apa yang menjadi kekuasaan Allah, yang terwujuda dalam rukun iman. Adapun nilai akidah dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin adalah sebagai berikut:
Iman kepada Allah
Iman kepada Allah SWT adalah percaya dan meyakini dengan sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah dan adanya iman kepada Allah pada diri seseorang dibuktikan dengan perbuatannya sebagai dampak dari keyakinan itu.
Iman kepada Allah SWT dalam novel Sangkakala Cinta dapat ditemukan pada saat tokoh Fakih mengemukakan keyakinannya akan keberadaan Allah SWT. dan keyakinannya bahwa Tuhan hanya satu. Saat itu, tokoh  sedang mengikuti klegiatan kaderisasi HMI. Dalam kegiatan tersebut ada seorang pemateri yang bernama Pak Zidan mengatakan bahwa Tuhan itu banyak. Tokoh Fakih yang mendengar pernyataan Pak Zidan tersebut tidak terima dan mencoba memberikan pendapat dan keyakinannya bahwa Tuhan hanya satu dengan merujuk pada Surat Al-Ikhlas dan dua kalimat syahadat sebagai referrensinya. Gambaran keyakinan tokoh Fakih tersebut dapat dilihat pada pengalaman kutipan berikut.
“Fakih yang mendengar statement itu tidak terima. Posisinya yang duduk di kursi bagian belakang, mau tidak mau, harus mengeluarkan suara keras dan lantang biar bias terdengar. Ia langsung mengatakan bahwa Tuhan hanya satu. Ia kemudian menyampaikan Surat Al-Ikhlas dan dua kalimat Syahadat sebahgai referensinya (Sirin, 2009: 122-123)”.
Pada penggalan kutipan teks novel Sangkakala Cinta di atas, dapat diambil sebuah pemahaman secara structural bahwa tokoh Fakih memiliki watak pengritik terhadap apa yang bertentangan dengan keyakinannya.
Iman kepada Kitab Allah
Iman kepda kitab Allah adalah meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada rasul-Nya sebagai pedoman untuk mendidik dan menuntun manusia ke jalan yang benar.
Penggalan kutipan yang menceritakan tentang keyakinan Fakih terhadap kitab Al Qur’an dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Tapi kan Al Qur’an dan hadist sebuah tuntunan yang tak kenal batas dan waktu, melainkan sepanjang waktu dari awal sampai akhir hidup”, Fakih membantah (Sirin, 2009: 119).
Iman kepada Rasul Allah
Beriman kepada Rasul adalah tuntutan iman kepada Allah, dan Allah menyuruh untuk mengimaninya. Kutipan yang menceritakan tentang keimana Fakih kepada Rasul Allah dapat dilihat pada penggalan kutipab berikut.
“Sebagai pedoman cara minta ampun kepada Allah, kamu bisa mencontoh Nabi Adam dan Hawa. Dalam memohon ampunan kepada Allah, mereka melakukannya dengan tulus, setia hati, pasrah dan berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama”. (Sirin, 2009: 97).
Iman kepada Hari kiamat
Iman kepada hari kiamat adalah meyakini datangnya hari akhir. Iman kepada hari kiamat yang terdapat dalam novel Sangkakla Cinta dapat dilihat dalam penggalan kutipab berikut.
“Asal kamu tahu, bahwa kelak ketika masa pengadilan dunia tiba, seluruh jin dan manusia berkata seperti kamu, bahwa mereka sangat menyesali bisa hidup”. Kyai Iskandar tampak menyindir Fakih (Sirin, 2009: 97).
Iman kepada Takdir Allah
Takdir atau qodo’ dan qadar adalah ketentuan Allah bagi manusia yang menunjukan Kemahakuasaan Allah dalam menentukan nasib manusia. Penggambaran iman kepada takdir Allah dalam novel Sangkakala Cinta dapat dilihat pada saat Fakih mendengar lagu “suratan”. Berikut penggalan kutipannya.
Lagu itu begitu menyayat hati Fakih. Seolah-olah mewakili persaan Fakih saat itu. Tak terasa, air matanya mengalir. Ada perasaan sedih, hancur dan sesal dalam hatinya. Selama ini, ia mencoba untuk bangkit, tapi sia-sia. Doa, harapan dan upaya tak mampu melawan nasib dirinya. “Inikah takdir yang harus aku terima?” Fakih pun menangis tanpa suara (Sirin, 2009: 254).
Dari kutipan penggalan di atas, dapat diambil sebuah pemahaman struktural bahwa tokoh Fakih memiliki watak yang pasrah terhadap takdir yang telah ditetapkan oleh Allah kepadanya.
Namuun kemudian Fakih merasa menyesal dan menyadari bahwa takdir Allah tidak bisa didahului. Kutipan yang menceritakan kesadaran Fakih terhadap takdir Allah yaitu sebagai berikut.
“Betapa sombongnya aku, sampai-sampai hampir mengakhiri hidupku sendiri. Mendahului ketentuan Allah yang mempunyai jiwa ini. Bukannya menjaga amanah, malah menyakiti. Ya Allah! Aku tidak bisa menyebut kata dosa lagi, sudah terlalu banyak, ya Allah!” Fakih kemudia mengucapkan kalimat istigfar sebanyak lima kali (Sirin, 2009: 263).

Nilai Syariat
Nilai syariat adalah nilai yang berhubungan dengan aturan yang menghubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Adapun nilai syaariat yang berupa ibadah dalam novel Sangkakala Cinta adalah sebagai berikut.
Menjalankan Ibadah Shalat
Ibadah  merupakan ajaran yang selalu dianjurkan Allah. Menjalankan ibadah sholat dalam novel Sangkakla Cinta dapat dirtemukan pada saat tokoh Fakih menjalankan ibadah shalat Djuhur di mushala dan shalat Ashar di kamar kostnya. Kutipan yang menggambarkan tentang menjalankan tentang menjalankan ibadah shalat dapat dilihat pada kutipan berikut.
Selepas azan, Fakih langsung beranjak dari duduknya menuju tempat wudhu. Tak lamakemudian, beberapa jamaah mushalah itu mulai berdatangan. Dengan ekspresi yang begitu lugu, ia pun membaurkan diri bersama jamaah lain untuk shalat Dzuhur berjamaah (Sirin. 2009: 30).
Berdoa
Berdoa merupakan bentuk ibadah yang menunjukkan permohonan dari harapan-harapan seseorang kepada Tuhannya. Penggambaran berdoa dalam novel Sangkakala Cinta tampak pada saat tokoh Pak Sodikum berdoa kepada Allah untuk kesuksesan Fakih. Berikut penggalan kutipan ceritanya.
“Ya Allah, semoga anak itu bisa sukses!” Tanpa sadar Pak Sodikun mendoakan Fakih. Ia pun teringat dengan nasib kedua anak perempuannya yang terpaksa menjadi TKW di Arab Saudi (Sirin, 2009: 33).
Nilai Akhlak
Akhlak nmerupakan pola tingkah laku yang baik maupun buruk. Nilai akhlak adalah nilai yang berhubungan dengan perilaku yang mencerminkan tindakan baik dan buruk dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Adapun nilai akhlak yang tedapat dalam teks novel Sangkakala Cinta  karya Khaeron Sirin adalah sebagai berikut.
Berbakti kepada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua merupakan sikap kepatuhan terhadap orang tuanya yang sanagt dihargai dan dihormatinya karena kasih sayang terhadap anaknya yang telah membesarkan dan merawatnya hingga dewasa.
Adapun kutipan yang menceritakan tentang hal tersebut sebagai berikut.
Sebenarnyafakih malas kalau disuruh ke tempat Yu Wartui, apalagi lokasinya agak jauh. Selain itu, ia juga malu jika bertemu dengan teman-temannya. Mungkin karena ia jarang pulang ke rumah. Tapi, melihat ibunya repot sendirian akhirnya ia berangkat  juga (Sirin, 2009: 5).

Saling Menolong
Saling tolong menolong dalam novel Sangkakala Cinta dapat ditemukanpada saat tokoh sugeng menolong Pak Darto yang sedang mencari tambahan buat biaya kuliah Fakih. Peristiwa yang mencerritakan adanya saling tolong menololng tersebut dapat dilihat kutipan berikut.
“Tapi Fakih itu anak pintar ya, Kang!” Sugeng melanjutkan pembicaraan, “Begini saja, sawa yang diobelakang sana, silahkan Kang Darto garap saja! Nda usah diparo, kang. Itung-itung buat ponakan. Tapi, dua panenan saja ya Kang!” Pak Darto yang awalnya hanya ingin genduh rasa (curhat), malah dikasih bantuan. Ia merasa tidak enak sama adiknya itu. Tapi, begitulah hubungan mereka sejak dulu, saling membantu (Sirin, 2009:17).
Saling Memaafkan
Saling memaafkan dalam novel Sangkakala Cinta dapat ditentukan pada saat tokoh Fakih dan tokoh Muzdalifah bertemu kembali setelah kejadian penabrakan yang dilakukan oleh tokkoh Muzdalifah  pada tokoh Fakih. Kutipannya sebagai berikur:
“Ya, Pak”. Wajah mahasiswa itu memerah, “Maaf Pak, saya benarr-benar minta maaf, saya tidak sengaja melakukannya, soalnya tadi pagi saya apa janjian sama dosen pembimbing skripsi saya. Kebetualan dosen pembimbing saya mau rapat. Saya tidak mau skripsi saya teruulur lagi.”
“sudah, lupakan saja! Perasaan dari kemarin kamu bilang “maaf-maaf terus? Seharusnya kamu punya prinsip dong (Sirin, 2009:279).
Bersyukur
Bersyukur merrupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan penerrimaan terhadap suatu pemberiaan atau anugerah dari Allahdalam bentuk pemanfaatan. Kutipan yang membicarakan tentang perilaku bersyukur dari kedua orang tua Fakih, selengkapnya dapat dilihat pada penggalan kutipan berikut.
Mendengar kabar gembira tersebut, seisi rumah langsung sumringah. Pak Darto langsung sujud syukur di lantai rumahnya yang terbuat dari ubin. Bu Lastri pun mengucapkan syukur sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya yang mulai dipenuhi oleh gurat-gurat penuaan (Sirin, 2009: 22).
Menjauhi Perbuatan Syirik
Syirik merupakan perbuatan yang menyekutukan Allah dengan selain Allah.adapun kutipan yang menjelaskan tentang menjauhi perbuatan syirik dalam novel Sangkakala Cinta terlihat jelas padabkutipan berikut.
“Jadi dasar tuduhanmu itu orang bpintar atau dukun, begitu?” Fakih mulai emosi, “Syirik Bas, dan orang musyrik itu tempatnya di neraka!” (Sirin, 2009: n213).

Berpendirian
Berpendirian merupakan sikap teguh dan tidak berpaling terhadap apa yang sudah diyakini seseorang. Bentuk sikap berpendirian dalam novel Sangkakala Cinta dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Sementara itu para buru yang lain selalu tidur nyenyak, walau udara sangat dingin. Kata Yanto, nmereka bisa nyenyak tidur karrena selalu minum bir, sebagai penghangat tubuh mereka. Fakih berkali-kali ditawari, tapi ia tak berani. Ia berusaha keras untuk mempertahankan apa yang telah menjadi prinsip hidupnya. Seperti ia lebih memilih disiksa dengan hawa dinginketimbang nanti disiksa oleh “hawa yang sangat panas” (neraka), (Sirin, 2009: 68).
Bersilaturahmi
Silaturahim merupakan salah satu dari tuntutan hidup Islam dan salah satu ajaran akhlak yang paling asasi di dalam Islam yang bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan yang telah terbina antar sesama kita. Kutipan yang menggambarkan tentang perilaku bersilaturami dalam novel Sangkakala Cinta dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Liburan semester telah tiba. Fakih pulang ke kampung. Ia ingin melepas kelelahan yangmenyelimuti tubuh dan pikirannya. Bersama keluarga, Fakih berencana mengunjuungi sanak saurada keluarga besarnya, termasukkakek-neneknya yang masih hidup. Alangkah bahagianya mereka, bisa bersilaturahim antar sesama keluarga besar (Sirin, 2009: 281).
Relevansinya Hasil Penelitian dengan Pembelajaran Novel di SMS Kelas Xl Berdasarkan KTSP
Pembelajaran sastra khususnya novel di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada prinsipnya bertujuan mengembngkan potensi dan kreativitas serta menambah pengalaman hidup sesuai dengan kemampuannya, serta mengenali dan mempertahankan dirinya.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hasil penelitian tentang nilai religi/agama dalam novel Sangkakala Cinta kraya Khaeron Sirin dapat ddijadikan bahan ajar SMA kelas XI semester dua pertemuan ke tujuh. Berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kegiatan pembelajaran di SMA yang berrhubungan dengan novel salah satunya berstndar kompetensi buku biografi, novel, dan hikayat.
DAFTAR PUSTAKA
Adamihadja, Kusnaka. 1976. Antropologi Sosial dalam Pembangunan. Bandung: Tarsito
Al-Ghazali. Menyingkap Rahasia Qolbu (diterjemahkan Moh. Syamsul Hasan). Surabaya: Amelia
Al Qur’an dan terjemahannya
Anonim. 1999. Nilai-nilai Bidaya Susastra Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikandan Kebudayaan
www.google:/pendtanreligiTEORIDANPRAKTISMUHAMMADFAJRI.htm. diakses tanggal 3 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar