SELAMAT DATANG!!!

Senin, 28 Oktober 2013

ANALISIS WACANA MONOLOG

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Analisis
Stubbs dalam Rani (2000:9), analisis wacana adalah merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Senada dengan itu, Tarigan (1987: 24) menyatakan bahwa analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (prragmatik) bahasa. Perihal tersebut diperkuat dengan ppendapat Lubis (1991: 20) menyatakan bahwa analisis wacana sudah tentu melibatkan analisis sintaksis dan semantic, tapi yang terpenting adalah analisis secara pragmatik.
Dari pendapat di atas, ada beberapa perrihal menyangkut analisis wacana, yaitu:
1.    Suatu kajian yang meneliti bahasa,
2.    Telaah fungsi bahasa,
3.    Merupakan analisis sintaksis dan semantik.

B.    Pengertian Wacana
Kata wacana secara umum mengacu  pada artikel, percakapan atau dialog, dan karangan pernyataan.
Menurut harimurti kridalaksana ( 1985: 184 ), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar.
Adapun samsaru (1988: 1) memandang wacana dari segi komunikasi. Menurutnya lagi, dalam  sebuah wacana, terdapat konteks wacana, topic, kohesi dan koherensi.
Jadi, wacana adalah susunana ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkapdan tertinggi, saling berkaitan dengan  koherensi dan kohesi berkesinambungan membentuk satu kesatuan untuk berkomunikasi baik lisan atau tulisan.


Pada dasrnya wacana menyakut tiga perihal, yaitu:
1.    Merupakan satuan gramatikal terbesar,
2.    Disusun secara sistematis, dan
3.    Berkaitan erat antara kalimat satu dengan yang lainnya.

C.    Pengertian Wacana Monolog
Pada wacana monolog, pendengarr tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara. Pembicara memiliki kebebasan untuk menggunakan waktunya, tanpa diselingi mitra tuturnya. Contah dari wacana monolog adalah ceramah dan pidato.


D.     Analisis Wacana Monolog
Analisis wacana monolog pada dasarnya banyak kesamaannya dengan analisis wacana dialog, terutama dalam hal prinsip-prinsip dasarnya. Beberapa pendapat yang menonjol diantaranya menyangkut aspek tatap muka, penggalan pasangan percakapan dan kesempatan berbicarra. Aspek-aspek ini tiak terdapat dalam wacana monolog.
Sesuai dengan perkembangan yang dikemukakan antara lain oleh Halliday dan Hasan serta beberapa ahli Indonesia, hal-hal penting yang menjadi analisis wacana monolog dapat dikelompokkan seperti berrikut:
A.    Hal-hal yang berhubungan dengan rangkain dan kaitan tuturan, rangkain kalimat, rangkain paragraph (cohesion and koherens).
B.    Hal-hal yang berhubungan dengan penunjukan atau perujukan (references).
C.    Hal-hal yang berhubungan dengan pola pikiran dan pengembangan wacana (topick and logical development).
Wacana monolog dibagi menjadi dua bagian yaitu  kohesi dan koherensi.
a.     Kohesi adalah adanya keterkaitan antarkalimat. Sarana-sarana kohesi dikategikan dalam lima kategori, yaitu: pronomina (kata ganti), subtitusi (penggantian), ellipsis, konjungsi, dan leksal.
b.     koherensi adalah adanya keterkaitan anta ide-ide atau gagasan-gagasan kalimat. Koherrensi merrupakan hubungan antara proposisi yang di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut meskipun tidak terdapat penghubungan kalimat yang digunakan.

1.     Rangkain dan Kaitan
Rangkain di sini adalah segala bentuk hubungan antar aturan berikut
1.    Antar kalimat,
2.    Di dalam sebuah kalimat(interkalimat),
3.    Maupun yang terjadi pada tataran leksikon (kata-kata).
Rangkain seperti ini disebut juga dengan istilah logical relationships pada satu kesatuan wacana monolog. Sedangkan istilah kaitan disini diartikan dengan segala bentuk hubungan antara satu alinea dengan alinea lain dalam satu kesatuan wacana monolog.
2.     Penunjukan
Penunjukan atau referen dalam wacana monolog garis besarnya ada dua macam. Pertama, menunjukan kedalam lingkungan wacana atau teks itu yang juga disebut endoporich referents. Penunjukan ini dibagi dua lagi menjadi penunjukan kembali kepada yang sudah disebut sebelumnya, disebut anaphoricreferenci dan menunjukan kepada disebut kataphoric reference. Kedua adalah menunjukan keluar atau dari wacana tersebut yang disebut exoporic referenc. Penunjukan kedua ini disebut juga penunjukan situasional.
Penunjukan ini pada umumnya ditandai oleh kata-kata penunjuk sebelumnya seperti: ini, itu, di sini, di situ, maupun oleh kata penunjuk tak sebenranya seperti: tersebut, terkatakan, tersurat, berikut, dan lain-lain. Kaang-kadang ditandai juga oleh kata-kata lain selain kata-kata penunjuk. Contoh menunjukan ke atas, ke bawah dan di dalam konteks kalimat.
1.    Menentukan di atas ini terdapat sekali lagi versi pertama penggunaan lambang yang digunakan pada halaman terduhulu.
2.    Tetapi untuk versi kedua tidak selamanya dapat di wujudkan terutama untuk subtopic yang lebih kecil.
3.    Untuk jelasnya di bedakan contoh sebagai berikut:
Analisis
1.    Perkataan di atas terdahulu (kalimat 1) berperan menunjuk kembali kepada yang telah dikemukakan.
2.    Perkataan ini (kalimat 1) juga menunjuk ke atas tetapi sebagai penegasan terhaap pembicaraan paling akhir dan pembicaraan sebelunnya.
3.    Perkataan yang (kalimat 2) berperan menunjukan ke dalam diri konteks atau kalimat tersebut.
4.    Kata ganti nya pada kata jelasnya ( kalimat 3) pun menunjuk ke esters.
5.    Perrkataan berikut (kalimat 3) menunjuk kepada yang di kemukakan selanjutnya (ke bawah).

Contoh menunjuk ke luar:
1.    Kalau konsumsi kertas berlangsung terus seperti sekarang tak lama lagi tidak ada sebatang pohon pun yang tertinggal di dunia …
2.    Ahli riset Amerika menyarankan supaya digunakan bahan pengganti yakni kenat.
Analisis
1.    Perkataan ahli riset Amerika (kalimat 1) menunjukan kepada ojek di luar teks.
2.    Perkataan kenat (kalimat 2) pun demikaan juga. Namun keduanya berbeda sedikit. Kata-kata ahli riset Amerika betul-betul obyek, berada  di luar teks, sedangkan kenat masih ada hubungannya dengan teks kerena bermakna sebagai tumbuhan pengganti bahan baku kertas:


3.     Pola Pemikiran dan Pengembangan Wacana

Fisik dan isi sebuah wacana di wujudkan oleh kalimat yang dalam wacana itu. Kelompok kalimat itu nmerupakan satu kesatuan maksud yang dinamakan alinea.
1.    Unsur alinea
Ada tiga unsur pada sebuah alinea, yaitu:
a.    Ada sebuah buah kalimat (topic sentensce) pikiran utama.
b.    Ada pula kalimat-kalimat lain yang berkelompok dengan (topic sentensce) sebagai keterangan atau penjelasan dari topic sentensce tersebut .
c.    Ada keterangan-keterangan pada bagian utama pada kalimat-kalimat tersebut terutama kalau alinea itu hanya sendiri atas satu kalimat panjang saja.


2.    Variabel Letak Topik Sentensce
a.    Topic sentensce pada permulaan aline
Pada umunyan alinea yang sifatnya menguraikan sesuatu atau menjelaskan pendapat, maka letak topik sentescenya pada permulaan alinea itu.

b.    Topik sentens pada pertengahan alinea
Sebuah alinea yang topik sentesnya  pada pertengahan alinea biasanya dijumpai pada alinea yang mengandung pengantar dan penutupan.

c.    Topik sentens pada akhir alinea
Pengertian bagain akhir tidak selamanya berarti kalimat yang paling akhir tetapi















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Wacana adalah rangkaian ujar atau tindak tutur yang mengungkapkan suatu perihal (subyek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satuan yang koheren dibentuk oleh unsure segmen maupun non segmen bahasa.
Hal-hal yang menyangkut analisis wacana, yaitu:
1.    Suatu kajian yang meneliti bahasa,
2.    Telaah fungsi bahasa,
3.    Merupakan analisis sintaksis dan semantik.



3.1    Saran
Analisis wacana monolog pada dasrrnya banyak kesamaannya dengan analisis wacana dialog, terutama dlam hal prinsip-prinsip dasrnya. Beberapa pendapat yang menonjol di antaranya menyangkut aspek tatp muka, penggalan pasangan percakapan dan kesempatan berbicarra. Aspek-aspek ini tidak terapat dalam wacana monolog. Sehingga yang paling penting dalam menganalisis wacana monolog yaitu memperhatikan kohesi dan koherensi sebuah wacana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar