SELAMAT DATANG!!!

Senin, 28 Oktober 2013

PROSES MORFOFONEMIK

PROSES MORFOFONEMIK

A. Pengertian morfofonemik
    Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem. Berikut pendapat dari beberpa para ahli mengenai morfofonemik;
a.    Nelson francis (1958) menyatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibat pengelompokkan menjadi kata.
b.    Samsuri (1982:28) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
c.    Ramlan, morfofonemik sebagai perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.

B. Proses morfofonemik

Morfofonemik bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu:
1.    Penghilangan bunyi
2.    Penambahan bunyi
3.    Perubahan bunyi
4.    Perubahan dan penambahan bunyi
5.    Perubahan dan penghilangan bunyi
6.    Pelomcatan bunyi

    Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya. . Proses tersebut adalah proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis. Menurut Harimurti Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas 10 yaitu:
1. Pemunculan fonem
2. Pengekalan fonem
3. Pemunculan dan pengekanan fonem
4. Pergeseran fonem
5. Perubahan dan pergeseran fonem
6. Pelepasan fonem
7. Peluluhan fonem
8. Penyisipan fonem secara historis
9. Pemunculan fonem berdasarkan poka asing
10. Variasi fonem bahasa sumber

Sedangkan Ramlan membagi proses morfofonemik menjadi tiga macam yaitu:
1.    Proses perubahan fonem

    Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya.fonem /m/ pada kedua morfem tersebut berubah menjadi /m, n, ny, ng/ sehingga morfem meN-  berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng- sementara morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, peng-. Perubahan-perubahan tersebut tergantumg pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Kaidah-kaidah perubahannya dapat berikhtisar sebagai berikut:
a.    Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p, b, f/.
Misalnya:    meN- + paksa: memaksa
        peN- + periksa: memeriksa
        meN- + batik: membatik
        peN- + buru: pemburu
        meN- + fitnah: memfitnah
        peN- + fitnah: pemfitnah

b.    Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t, d, s/. fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Misalnya:    meN- + tulis: menulis
        meN- + duga: menduga
        maN- + sukseskan: mensukseskan
        peN- + tulis: penulis
        peN- + datang: pendatang
        peN- + support: pensupport

c.    Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi // apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/ dalam penulisannya tidak dihadirkan, tetapi hanya hadir apabila diucapkan.
Misalnya:    maN- + sapu: menyapu
        peN- +  cukur: pencukur

d.    Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /y/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan vocal/.
Misalnya:    meN- + kacau: mengacau
        meN- + gertak: menggertak
        meN- + hisap: menhisap
        peN- + urus: pengurus

Pada kata mengebom, mengecat, mengelas, juga terdapat proses moefofonemik yang berupa perubahan, yaitu fonem /N/ menjadi /Y/.

2.    Proses penambahan fonem

    Proses penambahan fonem terjadi akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Fonem penambahnya adalah /?/, sehingga meN- berubah menjadi menge- dan peN- berubah menjadi penge-.
Misalnya:    meN- + bom: mengebom
        meN- + las: mengelas
        meN- + bur: mengebur
        peN- + bom: pengebom
        peN- + las: pengelas
        peN- + bur: pengebur



3.    Proses hilangnya fonem

    Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/.
Misalnya:    meN- + lerai: melerai
        meN- + ramalkan: meramalkan
        meN- + yakinkan: meyakinkan
        meN- + wakili: mewakili
        meN- + nyanyi: menyanyi
        peN- + lerai: pelerai
        peN- + ramal: peramal
        peN- + warna: pewarna
        peN- + nyanyi: penyanyi

    Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /r/.
Misalnya:    ber- + rapat: berapat
        ber- + kerja: bekerja
        ber- + serta: beserta
        per- + ragakan: peragakan
        ter- + rasa: terasa

    Fonem-fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang sebagai akibat pertemuan morfem men- dan pen- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu.
Misalnya:    meN- + paksa: memaksa
        meN- + tulis: menulis
        meN- + sapu: menyapu
        meN- + karang: mengarang
        peN- + paksa: pemaksa
        peN- + tulis: penulis
        peN- + sapu: penyapu
    Pada kata memperagakan dan mentertawakan fonem /p/ dan /t/ yang merupakan fonem awal bentuk dasar kata itu tidak hilang karena fonem-fonem itu merupakan fonem awal afiks, yaitu per- dan ter-. Demikian juga pada kata-kata menterjemahkan, mensupplay, mengkoordinir, penterjemah, pensurvey, fonem-fonem / t, s, k/ yang merupakan fonem awal bentuk dasar kata itu berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.    

CIRI-CIRI KALIMAT ARGUMENTASI

Pengertian kalimat berdasarkan argumennya.

Jawab:

Kalimat adalah wujud ujaran yang bermakna lengkap dan utuh dalam bentuk tulisan yang dimulai dengan huruf capital/huruf besar dan diakhiri dengan salah satu tanda pemberhentian yaitu tandan titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).

Argumentasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraph dalam penulisan dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.

Ciri-ciri kalimat argumentasi:
Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.

Jadi, kalimat berdasarkan argumen adalah wujud ujaran yang bermakna lengkap dan utuh yang bentujuan untuk meyakinkan penbaca atau pendengan bahwa gagasan atau ide tersebut adalah benar dan terbukti dengan disertai bukti dan fakta.

Contoh:

Angka kecelakaan saat perayaan Kari Raya Imlek di Vietnam cukup mencekam , selama perayaan, sekitar 300 orang tewas akiba kecelakaan bermotor.

PENGANTAR JURNALISTIK

1. Apa itu jurnalistik?
    Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal), artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Jurnalistik secara harfiah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda journalistiek artinya penyiaran catatan harian. Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaopran setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.
    Menurut Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jurnalistik  yaitu yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia jurnalistik adalah  kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.
Jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan utuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi. (Leksikon Komunikasi).

2. Teori-teori jurnalistik
Pengertian jurnalistik menurut para ahli:
1.    Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu.
2.    Roland E. Wesley
Jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum. Pendapat pemerintah , hiburan umum, secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar majalah dan disiarkan di stasiun siaran.
3.    .Astrid S. Susuanto
Jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.
4.    Haris Sumarda
Jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan mengabarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
5.    Adinegoro
Jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.
6.    M. Ridwan
Jurnalistik adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita untuki pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan praktis, jurnalistik merupakan seni.
7.    F. Fraser Bond dalam bukunya An Introduction to Journalism menyatakan: “Journalism ambraces all the forms in which and trough wich the news and moment on the news reach the public”. Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
8.    M. Djen Amar, jurnalistik adalah usaha memproduksi kata-kata dan gambar-gambar yang dihubungkan dengan proses transfer ide atau gagasan dengan bentuk suara, inilah cikal bakal makna jurnalistik sederhana. Pengertian menurut Amar juga dijelaskan pada Sumadiria. Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya.
9.    Onong U. Effendi, jurnalistik adalah teknik mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak. Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja.
10.    Kustadi Suhandang sendiri Kustadi, jurnalistik adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
11.    Menurut A.Muis dan Edwin Emery yaitu; A.Muis (pakar hukum komunikasi) mengatakan bahwa definisi tentang jurnalistik cukup banyak. Namun dari definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan secara umum. Semua definisi juranlistik memasukan unsur media massa, penulisan berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). Menurut Edwin Emery juga sama mengatakan dalam jurnalistik selalu harus ada unsur kesegaran waktu (timeliness atau aktualitas). Dan Emery menambahkan bahwa seorang jurnalis memiliki dua fungsi utama. Pertama, fungsi jurnalis adalah melaporkan berita. Kedua, membuat interpretasi dan memberikan pendapat yang didasarkan pada beritanya.
12.    Sumadiria juga menambahkan bahwa jurnalistik dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan utuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.
13.    Jurnalistik adalah proses kegiatan mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan atau opini melalui media massa. (Asep Syamsul M. Romli. 2003. Jurnalistik Dakwah. Bandung: Rosda).
14.    Jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan (Summanang).
15.    Jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peritiwaatau kejadian sehari-hari yang aktualdan factual dalam waktu yang secepat-cepatnya. (A.W. Widjaya).
16.    Definisi tentang jurnalistik cukup banyak. Namun dari definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan secara umum. Semua definisi juranlistik memasukan unsur media massa, penulisan berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). (A. Muis).
17.    Jurnalistik atau jurnalisme berasar dari kata Journal: catatan harian. Catatan mengenai kejadian sehari-hari atau bisa juga berarti surat kabar. Journal berasal dari kata latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan Jurnalistik. (Hikmat dan Purna,a Kusumaningrat).
18.    Jurnalistik merupakan penulisan tentang hal-hal yang penting dan tidak kita ketahui. (Leslie Stephen)
19.    Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusuri dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya. (Kustadi Suhandang)
20.    Pengertian jurnalistik menurut ilmu publisistik adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa sehari-hari yang umum dan actual dengan secepat-cepatnya. (Amilia Indriyati).






PENGANTAR JURNALISTIK

ANALISIS WACANA MONOLOG

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Analisis
Stubbs dalam Rani (2000:9), analisis wacana adalah merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Senada dengan itu, Tarigan (1987: 24) menyatakan bahwa analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (prragmatik) bahasa. Perihal tersebut diperkuat dengan ppendapat Lubis (1991: 20) menyatakan bahwa analisis wacana sudah tentu melibatkan analisis sintaksis dan semantic, tapi yang terpenting adalah analisis secara pragmatik.
Dari pendapat di atas, ada beberapa perrihal menyangkut analisis wacana, yaitu:
1.    Suatu kajian yang meneliti bahasa,
2.    Telaah fungsi bahasa,
3.    Merupakan analisis sintaksis dan semantik.

B.    Pengertian Wacana
Kata wacana secara umum mengacu  pada artikel, percakapan atau dialog, dan karangan pernyataan.
Menurut harimurti kridalaksana ( 1985: 184 ), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar.
Adapun samsaru (1988: 1) memandang wacana dari segi komunikasi. Menurutnya lagi, dalam  sebuah wacana, terdapat konteks wacana, topic, kohesi dan koherensi.
Jadi, wacana adalah susunana ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkapdan tertinggi, saling berkaitan dengan  koherensi dan kohesi berkesinambungan membentuk satu kesatuan untuk berkomunikasi baik lisan atau tulisan.


Pada dasrnya wacana menyakut tiga perihal, yaitu:
1.    Merupakan satuan gramatikal terbesar,
2.    Disusun secara sistematis, dan
3.    Berkaitan erat antara kalimat satu dengan yang lainnya.

C.    Pengertian Wacana Monolog
Pada wacana monolog, pendengarr tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara. Pembicara memiliki kebebasan untuk menggunakan waktunya, tanpa diselingi mitra tuturnya. Contah dari wacana monolog adalah ceramah dan pidato.


D.     Analisis Wacana Monolog
Analisis wacana monolog pada dasarnya banyak kesamaannya dengan analisis wacana dialog, terutama dalam hal prinsip-prinsip dasarnya. Beberapa pendapat yang menonjol diantaranya menyangkut aspek tatap muka, penggalan pasangan percakapan dan kesempatan berbicarra. Aspek-aspek ini tiak terdapat dalam wacana monolog.
Sesuai dengan perkembangan yang dikemukakan antara lain oleh Halliday dan Hasan serta beberapa ahli Indonesia, hal-hal penting yang menjadi analisis wacana monolog dapat dikelompokkan seperti berrikut:
A.    Hal-hal yang berhubungan dengan rangkain dan kaitan tuturan, rangkain kalimat, rangkain paragraph (cohesion and koherens).
B.    Hal-hal yang berhubungan dengan penunjukan atau perujukan (references).
C.    Hal-hal yang berhubungan dengan pola pikiran dan pengembangan wacana (topick and logical development).
Wacana monolog dibagi menjadi dua bagian yaitu  kohesi dan koherensi.
a.     Kohesi adalah adanya keterkaitan antarkalimat. Sarana-sarana kohesi dikategikan dalam lima kategori, yaitu: pronomina (kata ganti), subtitusi (penggantian), ellipsis, konjungsi, dan leksal.
b.     koherensi adalah adanya keterkaitan anta ide-ide atau gagasan-gagasan kalimat. Koherrensi merrupakan hubungan antara proposisi yang di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut meskipun tidak terdapat penghubungan kalimat yang digunakan.

1.     Rangkain dan Kaitan
Rangkain di sini adalah segala bentuk hubungan antar aturan berikut
1.    Antar kalimat,
2.    Di dalam sebuah kalimat(interkalimat),
3.    Maupun yang terjadi pada tataran leksikon (kata-kata).
Rangkain seperti ini disebut juga dengan istilah logical relationships pada satu kesatuan wacana monolog. Sedangkan istilah kaitan disini diartikan dengan segala bentuk hubungan antara satu alinea dengan alinea lain dalam satu kesatuan wacana monolog.
2.     Penunjukan
Penunjukan atau referen dalam wacana monolog garis besarnya ada dua macam. Pertama, menunjukan kedalam lingkungan wacana atau teks itu yang juga disebut endoporich referents. Penunjukan ini dibagi dua lagi menjadi penunjukan kembali kepada yang sudah disebut sebelumnya, disebut anaphoricreferenci dan menunjukan kepada disebut kataphoric reference. Kedua adalah menunjukan keluar atau dari wacana tersebut yang disebut exoporic referenc. Penunjukan kedua ini disebut juga penunjukan situasional.
Penunjukan ini pada umumnya ditandai oleh kata-kata penunjuk sebelumnya seperti: ini, itu, di sini, di situ, maupun oleh kata penunjuk tak sebenranya seperti: tersebut, terkatakan, tersurat, berikut, dan lain-lain. Kaang-kadang ditandai juga oleh kata-kata lain selain kata-kata penunjuk. Contoh menunjukan ke atas, ke bawah dan di dalam konteks kalimat.
1.    Menentukan di atas ini terdapat sekali lagi versi pertama penggunaan lambang yang digunakan pada halaman terduhulu.
2.    Tetapi untuk versi kedua tidak selamanya dapat di wujudkan terutama untuk subtopic yang lebih kecil.
3.    Untuk jelasnya di bedakan contoh sebagai berikut:
Analisis
1.    Perkataan di atas terdahulu (kalimat 1) berperan menunjuk kembali kepada yang telah dikemukakan.
2.    Perkataan ini (kalimat 1) juga menunjuk ke atas tetapi sebagai penegasan terhaap pembicaraan paling akhir dan pembicaraan sebelunnya.
3.    Perkataan yang (kalimat 2) berperan menunjukan ke dalam diri konteks atau kalimat tersebut.
4.    Kata ganti nya pada kata jelasnya ( kalimat 3) pun menunjuk ke esters.
5.    Perrkataan berikut (kalimat 3) menunjuk kepada yang di kemukakan selanjutnya (ke bawah).

Contoh menunjuk ke luar:
1.    Kalau konsumsi kertas berlangsung terus seperti sekarang tak lama lagi tidak ada sebatang pohon pun yang tertinggal di dunia …
2.    Ahli riset Amerika menyarankan supaya digunakan bahan pengganti yakni kenat.
Analisis
1.    Perkataan ahli riset Amerika (kalimat 1) menunjukan kepada ojek di luar teks.
2.    Perkataan kenat (kalimat 2) pun demikaan juga. Namun keduanya berbeda sedikit. Kata-kata ahli riset Amerika betul-betul obyek, berada  di luar teks, sedangkan kenat masih ada hubungannya dengan teks kerena bermakna sebagai tumbuhan pengganti bahan baku kertas:


3.     Pola Pemikiran dan Pengembangan Wacana

Fisik dan isi sebuah wacana di wujudkan oleh kalimat yang dalam wacana itu. Kelompok kalimat itu nmerupakan satu kesatuan maksud yang dinamakan alinea.
1.    Unsur alinea
Ada tiga unsur pada sebuah alinea, yaitu:
a.    Ada sebuah buah kalimat (topic sentensce) pikiran utama.
b.    Ada pula kalimat-kalimat lain yang berkelompok dengan (topic sentensce) sebagai keterangan atau penjelasan dari topic sentensce tersebut .
c.    Ada keterangan-keterangan pada bagian utama pada kalimat-kalimat tersebut terutama kalau alinea itu hanya sendiri atas satu kalimat panjang saja.


2.    Variabel Letak Topik Sentensce
a.    Topic sentensce pada permulaan aline
Pada umunyan alinea yang sifatnya menguraikan sesuatu atau menjelaskan pendapat, maka letak topik sentescenya pada permulaan alinea itu.

b.    Topik sentens pada pertengahan alinea
Sebuah alinea yang topik sentesnya  pada pertengahan alinea biasanya dijumpai pada alinea yang mengandung pengantar dan penutupan.

c.    Topik sentens pada akhir alinea
Pengertian bagain akhir tidak selamanya berarti kalimat yang paling akhir tetapi















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Wacana adalah rangkaian ujar atau tindak tutur yang mengungkapkan suatu perihal (subyek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satuan yang koheren dibentuk oleh unsure segmen maupun non segmen bahasa.
Hal-hal yang menyangkut analisis wacana, yaitu:
1.    Suatu kajian yang meneliti bahasa,
2.    Telaah fungsi bahasa,
3.    Merupakan analisis sintaksis dan semantik.



3.1    Saran
Analisis wacana monolog pada dasrrnya banyak kesamaannya dengan analisis wacana dialog, terutama dlam hal prinsip-prinsip dasrnya. Beberapa pendapat yang menonjol di antaranya menyangkut aspek tatp muka, penggalan pasangan percakapan dan kesempatan berbicarra. Aspek-aspek ini tidak terapat dalam wacana monolog. Sehingga yang paling penting dalam menganalisis wacana monolog yaitu memperhatikan kohesi dan koherensi sebuah wacana.


MENGANALISIS PENULISAN EYD DALAM SEBUAH SKRIPSI

BAB I
PENDAHULUAN
    Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang  ditulis dengan perantara lambang-lambang bunyi. Ejaan sangat diperlukan untuk panduan  penulisan bahasayang baik dan benar. Dalam penggunaan EYD, adabeberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu ejaan dalam  peristilahan, penyesuaian ejaan,tanda baca, pemenggalan kata, penulisan  huruf  kapital dan huruf miring serta penulisan kata.
    Ejaan  adalah  seperangkat aturan  tentang cara menggunakan dan menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan  tanda baca sebagai sarananya. Ejaan  mengatur keseluruhan  cara  menuliskan bahasa.
    Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan ejaan Republik atau ejaan Soewandi. 
    Oleh karena itu, makalah ini diperlukan lebih detail menganalisis tentang  penggunaan EYD  pada skripsi mahasiswa.










BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Ejaan
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Menurut Chaer (2006: 36) ejaan adalah konvensi grafts, perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa pelambangan fonem dengan huruf, mengatur cara penulisan kata dan penulisan kalimat, beserta dengan tanda-tanda bacanya.
Menurut Kridalaksana(2008: 54) ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan yang mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad,aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morrfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara penggambaran bunyi bahasa dengan kaiah dalam bentuk tulisan yang mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis, aspek morfologis dan aspek sintaksis.

B.    Ejaan  Yang Disempurnakan
             Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. EYD diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presidean Republik Indonesia Nomor: 57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka keterlibatan dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terrwujud dengan baik.
C.    Ruang Lingkup EYD
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu:
1.    Pemakaian huruf
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad yaitu sebanyak 26 buah.
2.    Penulisan huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. 
3.    Penulisan kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu:
a.    Kata dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya: Dia teman baik saya.
b.    Kata turunan (kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan misalnya imbuhan.Semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
c.    Kata ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).
Misalnya: rumah-rumah
Jenis kata ulang, yaitu:
-    Dwipura yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya: lelaki
-    Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya: rumah-rumah
-    Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya: sayur-mayur
-    Pengulangan berimbuhan.
Misalnya: bermain-main


d.    Gabungan kata
-    Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus.
Misalnya: mata kuliah dan orang tua
-    Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang bmenimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur bersangkutan.
Misalnya: ibu-bapak
-    Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya: daripada
e.    Kata ganti (ku-, -mu,- nya, dan kau-)
Misalnya:
-    Apa yang kumiliki boleh kauambil.
-    Bukuku, bukumu, dan bukunnya tersimpan  di perpustakaan.
f.    Kata depan (di, ke, dan dari)
Kata depan (di, ke,dan dari) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada, dan daripada.
Misalnya:
-    Kain itu terletak di dalam lemari.
-    Ke mana saja ia selama ini?
-    Ia dating dari Surabaya.
g.    Partikel (-lah, -kah, dan –tah)
Partikel (-lah, -kah, dan –tah) ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
-    Bacalah buku itu.
-    Apakah dia sudah dating?
-    Apatah gerangan salahku?
h.    Singkatan dan akronim
Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya: dll= dan lain-lain
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata.
Misalnya: SIM= Surat Izin Mengemudi

i.    Angka dan lambing bilangan.
Misalnya:
-    Abad II
-    Abad ke-2
-    50-an
4.    Penulisan unsur serapan
Penyerapan unsur asing dalam pemakain bahasa Indonesia dibenarkan sepanjang: (a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak dalam bagasa Indonesia dan (2) unsur asing itu merupakan istilah teknis  sehinnga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia.
Misalnya:
-    Editor, de facto.
-    Ekspor, sistem, dan manejemen.
5.    Pemakain tanda baca
-    Tanda titik (.)
-    Tanda koma (,)
-    Tanda tanya (?)
-    Tanda seru (!)
-    Tanda titik koma (;)
-    Tanda titik dua (:)
-    Tanda ellipsis (…)
-    Tanda garis miring (/)
-    Tanda penyingkatan atau apostrof (`)








BAB III
DATA
A.    Sumber Data
Sumber data yang dijadikan bahan anilisis pada makalah ini yaitu Skripsi yang disusun oleh La Ode Burhan Abdullah dengan judul Metode Penentuan Biaya Produksi Meubel Pada Usaha Pertukangan (UP) Soliwunto Di Desa Masalili Kecamatan Kontunaga Kabupaten muna, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas  Halu Oleo, Kendari tahun 2011. Sumber data yang diambil sebagai bahan analisis yaitu pada Bab I Pendahuluan dan Bab II Kajian Pustaka.
B.    Analisis Data
Dari skripsi yang ditulis La Ode Burhan Abdullah pada tahun 2011 terdapat kesalahan dalam penggunaan EYD. Telah kami analisis, terdapat beberapa kalimat yang kurang tepat dan perlu diperbaiki. Kesalahan-kesalahan itu antara lain berupa pemakaian tanda baca yang kurang tepat, penulisan istilah yang tidak tepat, penilsan istilah yang salah, dan penggunaan huruf kapital yang tidak tepat. Dalam skripsi yang disusun La Ode Burhan Abdullah pada tahun 2011 terdapat kesalahan dalam penggunaan EYD, antara lain:
1.    Analisis pada kata pengantar
a.    Pada halaman v
Kesalahan:
-    “Metode Penentuan Biaya Produksi Meubel pada Usaha Pertukaran (UP). Soliwunto Di Desa Masalili  Kecamatan Kontunaga Muna.
-    Bapak Prof. DR. Ir. H. Usman Rianse, MS, selaku Rektor Unhalu yang telah memberiakan kesempatan kepada penulis di Universitas ini.
Pembenaran:
-    “Metode Penentuan Biaya Produksi Meubel pada Usaha Pertukaran (UP) Soliwunto di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, Muna.”
-    Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S, selaku Rektor Unhalu yang telah memberiakan kesempatan kepada penulis di Universitas ini.
b.    Pada halaman vi
Kesalahan:
Akhirnya dari lubuk hati yang paling dalam penulis haturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya yang di iringi sembah sujud kepada kedua orang tuaku Ayahanda ( La Ode Abdullah ) dan Ibunda tersayang (Zubaedah) yang telah melahirkan, membesarkan, menidik serta memberikan bantuan baik bantuan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Haluoleo Kendari. Kepada kakakku yang saya hormati Wa Ode Sulfia, S.Pd, Nina Abdia S.Kom, Indra Bangsa Wali, Mahmud Yunus A.Md serta adik-adik saya Wa Ode Hasmia A.Md, Waode Hastia, La Ode Gafar A dan Wa Ode Sun Ernawati,


Pembenaran:
Akhirnya dari lubuk hati yang paling dalam penulis haturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya yang diiringi sembah sujud kepada kedua orang tuaku ayahanda La Ode Abdullah dan ibunda tersayang Zubaedah yang telah melahirkan, membesarkan, menidik serta memberikan bantuan baik bantuan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Haluoleo, Kendari. Kepada kakakku yang saya hormati Wa Ode Sulfia, S.Pd, Nina Abdia, S.Kom., Indra Bangsa Wali, Mahmud Yunus, A.Md. serta adik-adik saya Wa Ode Hasmia, A.Md., Waode Hastia, La Ode Gafar A dan Wa Ode Sun Ernawati.

2.    Analisis pada kajian pustaka
a.    Pada halaman 7-9
Kesalahan:
-    Hal ini berhubungan erat dengan akuntansi ( Abdul Halim 1998: 17).
-    Mulyadi (2000 : 4) ….
-    Selain itu kegiatan akuntansi terdiri dari ….
-    … kelaziman (kebiasaan) dari semua kegiatan. (Hasan Alwi 2001: 24).
-    Selain itu Matz dan Usry (1998: 7)….

Pembenaran:
-    Hal ini berhubungan erat dengan akuntansi ( Abdul Halim, 1998: 17).
-    Mulyadi (2000: 4) ….
-    Selain itu, kegiatan akuntansi terdiri dari ….
-    … kelaziman (kebiasaan) dari semua kegiatan (Hasan Alwi, 2001: 24).
-    Selain itu, Matz dan Usry (1998: 7)….

b.    Pada halaman 11-13
Kesalahan:
-    … ( Bambang dan Kastapu 1999: 24).
-    Berdasarkan beberapa kutipan pendapat diatas,….
-    Menurut Mulyadi (2000: 14) biaya dapat digolongkan menjadi 5:
-    Oleh karena itu ….
Pembenaran:
-    … ( Bambang dan Kastapu, 1999: 24).
-    Berdasarkan beberapa kutipan pendapat di atas,….
-    Menurut Mulyadi (2000: 14) biaya dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
-    Oleh karena itu, ….

c.    Pada halaman 15-30
Kesalahan:
-    … bahan baku dan biaya tenaga langsung
-    Biaya dapat dibagi menjadi dua : pengeluaran modal ….
-    Pengertian Biaya produksi
-    Jadi biaya ….
-    Metode harga pokok tradisional juga disebut full costing dan … disebut variabel costing.
-    … tarif yang ditentukan dimuka pada ….
-    Namun ….
-    … biaya yang mudah diidentifikasikan (atau diperhitungkan) ….
-    Sebagai contoh … misalnya ….
-    … perlakuan biaya overhead pabrik (Abd. Halim 1998: 52).
-    Rp. xxx
-    Full costing
Pembenaran:
-    … bahan baku dan biaya tenaga langsung.
-    Biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran modal ….
-    Pengertian Biaya Produksi
-    Jadi, biaya ….
-    Metode harga pokok tradisional juga disebut full costing dan … disebut variabel costing.
-    … tarif yang ditentukan di muka pada ….
-    Namun, ….
-    … biaya yang mudah diidentifikasikan atau diperhitungkan ….
-    Sebagai contoh … misalnya ….
-    … perlakuan biaya overhead pabrik (Abd. Halim, 1998: 52).
-    Rp xxx
-    Full costing

Senin, 21 Oktober 2013

Liburan di Pulau Wisata Wakatobi

Liburan di Pulau Wisata Wakatobi#

Bercerita mengenai bagaimana aku selama liburan di kampung, tentu saja aku perlu memperkenalkan nama kampung halaman terrcintaku. Aku berasal dari Pulau Wakatobi. Pulau Wakatobi sendiri telah menjadi salah satu tempat wisata yang cukup popular akhir-akhir ini. Nah, untuk pengalaman liburanku di kampong tentu saja tidak akan jauh-jauh dari nama rekreasi atau tempat liburan yang aku sempat kunjungi.
Liburan idul adha yang sebenarnya paling lama hanya satu minggu aku manfaatkan untuk pulang kampung lebaran sama keluarga tercinta plus rekreasi. Selama di kampung aku happy-happy dengan anggota keluargaku. Selain mengunjungi tempat-tempat liburan, keluargaku juga membuat aneka makanan segar dari laut yang tentu saja menggugah selera bagi saya yang jarang makan ikan segar. Maklum, di Kendari nyari ikan segar seperti mencari emas (ini bagi kantong mahasiswa!).
Momen idul adhanya tentu saja tidak mungkin diabaikan. Seperti biasa, selepas melaksanakan sholat id aku selalu mengunjungi rumah-rumah tetangga dan tentu saja rumah sanak saudara (biar persaudaraan terjalin selalu). Momen seperti ini selain saling berjabat tangan untuk saling memaafkan, aku selalu menyempatkan kamera HP kesayanganku untuk mengabadikannya dengan berfoto atau dibuat dalam bentuk video. Nah, soal menu makanan jangan Tanya lagi. Tiap rumah aku selalu mencicipi tiap hidangan yang disediakan. Apalagi menu utama saat lebaran di kampungku adalah “Lapa-Lapa”.
Jadi, pulang kampung kali ini, selain berekreasi, ngumpul bareng keluarga besar, juga berwisata kuliner dari rumah ke rumah. Gratis! Hehehe
Sekian cerita mengenai selama aku liburan di kampung. Semoga bisa kebayang suasananya kaya' gimana.Ok guys!??^__^

Selasa, 08 Oktober 2013

BUDAYA BAIK WAKATOBI



BUDAYA BAIK WAKATOBI#   
Wa Ode Salmiani Nur
A1D1 11 017
Wakatobi…!
Nama yang berasal dari empat nama pulau yaitu wangi-wangi, kaledupa, tomia, dan binongko merupakan pulau-pulau yang memiliki nilai eksotik yang luar biasa di Indonesia bahkan sekarang terkenal di mata dunia sebagai salah satu tempat wisata yang patut dikunjungi. Para wisatawan dalam maupun luar negeri yang pernah berkunjung ke tempat ini, mengaku kagum dengan keindahan dan kekhasan yang dimilikinya. Keindahan dan kekhasan pulau Wakatobi terletak pada kekayaan laut dan budaya masyarakatnya yang masih cukup kental.
Keindahan laut yang masih terjaga kelestarian dan keasliannyalah yang menjadikan pulau Wakatobi memiliki nilai plus di mata dunia.  Kelestarian alam lautnya tentu saja tak akan mampu bertahan lama jika masyarak setempat tidak memiliki kebiasaan yang menjadikan keindahan lautnya tetap terjaga. Adanya budaya masyarakat Wakatobi yang memanfaatkan kekayaan alam lautnya secara baik dan adil sehingga tidak terjadi berbagai kerusakan dan pencemaran.
Budaya masyrakat Wakatobi yang lebih senang menangkap ikan atau hewan laut lainnya dengan menggunakan jaring, alat pancing atau suku Bajonya yang biasa berenang sampai ke dasar laut untuk menangkap ikan hanya dengan menggunakan tombak. Kebiasaan inilah yang menjadikan laut Wakatobi tetap eksis di mata dunia sebagai surga laut.  Budaya masyarakatnya yang baik tentu saja menjadikan pulau Wakatobi tetap indah dan eksotis serta bernilai.

4 HAL YANG TAK DIANGGAP DI UHO

Wa Ode Salmiani Nur
A1D1 11 017

4 HAL YANG TAK DIANGGAP DI UHO#
1.    Fasilitas belajar
Berbicara mengenai fasilitas belajar khususnya di Perguruan Tinggi, pastilah terlintas dalam benak kita mengenai ketersediaan ruang kelas yang nyaman, mulai dari kursi yangh layak pakai, papan tulis yang baik, dan ketersediaan listrik sebagai penunjang proses perkuliahan. Dengan memiliki  ketiga aspek tersebut, ruang perkuliahaan sudah dapat dikategorikan ruang perkuliahan yang cukup nyaman.
Keterrsediaan listrik sangat penting sebagai pendukung proses perkuliahan. Misalnya, saat mengadakan presentasi materi di dalam ruangan baik bagi dosen ataupun mahasiswa ketika ingin menampilkan materi yang akan dipresentasikan. Apabila listrik tidak memadai, tentu saja materi harus dicatat lalu dijelaskan. Dengan kondisi seperti ini, tentu memperlambat penyaluran ilmu dari dosen ke mahasiswa atau sebaliknya dan antar mahasiswa dengan mahasiswa.
Ngomong-ngomong soal listrik, di UHO (Universitas Halu Oleo), terdapat beberapa ruang perkuliahan yang belum memiliki fasilitas listrik yang cukup memadai. Di gedung Jurusan Bahasa Indonesia misalnya, ada beberapa ruangan yang belum bisa menggunakan alat L CD ketika akan presentasi Power Point. Hal ini tentu saja cukup memperlambat penyerapan ilmu.
Bukan saja listrik yang belum memadai, fasilitas lain seperti L CD pun harus bergantiaan penggunaannya dengan kelas bahkan jurusan lain. Sangat merepotkan bukan? Apa kampus tidak mampu memiliki minimal dua L CD untuk tiap jurusan? Sangat disayangkan!
2.    Areal belajar
Nah, untuk yang satu ini, berkaitan dengan tempat-tempat yang cukup nyaman untuk dijadikan tempat belajar maupun diskusi. Belajar di tempat yang seolah-olah menyatu dengan alam, pastilah merupakan salah satu alternatif tempat  yang cukup baik unrtuk belajar ataupun sekedar membaca buku.
Di kampus UHO, sangat banyak tempat-tempat hijau dengan tata ruang yang cukup indah, yang memungkunkan kenyamanan bagi mahasiswanya sebagai tempat belajar. Areal tersebut sengaja ditata sedemikian rupa, sehingga diharapkan mahasisswanya berinisiatif untuk belajar atau berdiskusi di luar ruangan perkuliahan.
Namun kenyataannya, areal yang sengaja “dipercantik” tersebut, hanya dijadikan sebagai “cuci mata” saat melewatinya. Bahkan, terdapat beberapa tempat yang dibiarkan kotor seolah-olah “angker” (mungkin karena pohonnya yang besar dan rindang) sehingga enggan singgah untuk sekedar membuka buku di sana.
Sayang sekali! Padahal, tempat tenang seperti ini, belajar menjadi nyaman dan tentu saja membantu memahami setiap ilmu dengan cepat.
3.    Tempat sampah
Sampah, sampah, dan sampah!
Masalah yang satu ini merupakan hal yang sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak? Hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia memiliki masalah dengan sampah. Bahkan di kota besar seperti Jawa ada yang dinamakan “lautan samapah”. Wow! Rekor yang cukup menarik di mata dunia.
Tak terkecuali di kota kecil seperti Kota Kendari. Masalah sampah bukan hanya pada masyarakat pada umumnya, tapi kalangan mahasiswa di Perguruan Tinggi Universitas Halu Oleo (UHO) ini, memiliki masalah dengan sampahnya. Masalah sampah di perguruan tinggi ini, bukan karrena banyaknya sampah, namun ketersediaan tempat sampah yang masih minim sehingga sampah-sampah berserakah ke mana-mana.
Banyaknya petugas kebersikhan tentu  saja tidak akan cukup efektif mengatasi limbah yang dihasilkan mahasiswa di Perguruan Tinggi tersebut. Bayangkan saja! Jika setiap jurusan hanya memiliki satu tempat sampah. Apa nggak keterlaluan? Masih untung kalau mahasiswa rajin bolak-balik ke satu tempat untuk membuang sampah. Bagaimana dengan mahasiswa yang malas dan cuek? Tentu mereka lebih memilih membuang sampah di sembarang tempat. Hal semacam ini, perlu diperhatikan pula. Jangan sampai rekor “lautan sampah” terjadi juga di lingkungan pendidikan.
Malu-maluin saja!

4.    Jaringan internet
Di zaman serba cepat seperti sekarang ini tentu memerlukan jaringan yang luas untuk tetap eksis di mata dunia. Suatu Negara dikatakan maju jika Sumber Daya Manusianya berkualitas. Untuk memiliki ilmu dan wawasan yang luas di zaman sekarang, harus memiliki sumber-sumber informasi yang cepat dan up date.
Tak terkecuali di Perguruan Tinggi, pentingnya pemerolehan informasi haruslah cepat dan actual. Dengan informasi yang cepat dan aktul dapat menjadiakan Sumberr Daya Manusianya berkualitas dan berwawasan luas. Salah satu penunjang untuk mencapai manusia yang berwawasan luas adalah tersedianya jaringan internet.
Di kampus UHO, ketersediaan jaringan internet masih terbilang minim. Hal ini tentu saja menjadikan mahasiswanya kurang up date dibandingkan mahasiswa di perguruan tinggi lain. Di FKIP misalnya, ada beberapa jaringan Wi-Fi yang tersedia namun mengguanakan password. Selain itu, ada juga yang tidak memakai password dengan kualitas jaringan yang buruk. Informasi dikampus ini seakan “mahal” di kalangan mahasiswanya.
Bukan hanya mahasiswa yang merasa kurang diperhatikan kualitas ilmunya namun para pengelola kampus juga kebingungan. Pasalnya, ketikan ada jaringan internet yang baik, mahasiswa kebanyakan hanya memanfaatkannya untuk facebookan, twitteran, dan yang lainnya yang berhubungan dengan social media. Sehingg, keberadaan jaringan internet khusus untuk mahasiswa sebagai alternatif pemerolehan ilmu untuk penunjang kualitas mahasiswa, tidak dapat terwujud dengan baik.
Salah siapa coba?

Senin, 07 Oktober 2013

Nilai Religius Islam Dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin








Nama: Wa Ode Salmiani Nur
Stambuk: A1D1 11 017
Kelas: Ganjil A

Nama            : Safiudin
Nomor Stambuk    : A1D1 05 089
Judul Penelitian    : Nilai Religius Islam Dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin
Dosen Pembimbing    :1. Dr. La Niampe, M.Hum.
2. Drs. Fahruddin Hanafi, M.Pd
Tahun Skripsi        : 2011


Nilai Religius Islam Dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin#



ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Nilai Religius Islam Dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin”. Penilitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa karya sastra tidak dapa dilepaskan dari persoalan  agama.Hal ini dapat dilihat melalui novel sangkakala cinta karya Khaeron Sirin yang sangat dominan dengan nilai religius islam. Tema yang diangkat dalam karyanya selalu menghadirkan kehidupan beragama. Selain itu, juga tampak dari segi sisi yakni menghadirkan kehidupan keriligiusan yang dimiliki oleh Fakih sebagai tokoh utamanya. Juga dari teknik penyampaianya dengan pemilihan kata yang sangat lugas dan mudah dipahami oleh masyarakat awam, namun tidak meninggalkan nilai atau pesan agama di dalam karyanya. Berdasarkan hal tersebut di atas, permasalahan yang muncul dalam  penelitian ini adalah nilai-nilai religius islam apa saja yang terdapat dalam novel sangkakala cinta karya Khaeron Sirin? Berkaitan dengan permasalahan tersebut,penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang obyektif tentang nilai-nilai religius  islam dalam  novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin, sehingga dapat bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengenal nilai-nilai religius islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengkhususkan dan melihat melalui sudut pandang religius islam. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkan nilai religius islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaerron Sirin. Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang terdapat dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin. Teknik dalam penelitian ini adalah  (1) teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca-catat, dan (2) teknik analisis data menggunakan pendekatan struktural dengan bantuan pendekatan religius.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai religius islam dalam novel Sangkakala Cinta meliputi: (1) nilai akidah yang berupa iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada rasul Allah, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir Allah, (2) niali syariat yang berupa menjalankan ibadah sholat dan berdoa, dan (3) nilai akhlak yang berupa berbakti kepada orang tua, saling menolong, saling memaafkan, bersyukur, menjauhi perbuatan syirik, berpendirian, dan bersilaturohim. Nilai-nilai islam terrsebut dianalisis menggunakan teori struktural yang dilihat dari tokoh dan penokohan dalam novel  Sangkakala Cinta dengan menggunakan bantuan pendekatan religius untuk menemukan nilai-nilai islaminya.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karya satra merupakan  hasil ekspresi seorang pengarang. Apa yang dilihat dan dirasakan  oleh pengarang tersebut merupakan obyek  ide ynag ingin diungkapkan  dalam  karyanya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Sebuah karya sastra yang ditulis oleh sastrawan merupakan hasil ungkapan perasaa, pikiran, dan naluri kemanusiaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi lingkunan serta bentuk persoalannya. Pada umumnya karya sastra berbentuk kritikan,baik berupa pengungkapan ketidakpuasan terhadap keadilan, kekecewaan terhadap palsunya kebenaran, maupun pernyataan kegembiraan terhadap keberhasilan.
Salah satu syarat dalam  kehidupan  yang amat penting adalah keyakinan yang menjelma sebagai agama. Agama itu bertujuan untuk mencapai kedamaian rrohani dan kesejahteraan jasmani. Untuk mencapai kedua hal itu harus diikuti dengan syarat percaya dengan adanya tuhan yang menciptakan semua yang ada di dunia ini.
Orang-orang yang percaya dengan adanya Tuhan, selalu merrasa bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali tuhan Yang Maha sempurnah. Semuanya terjadi secara siklus. Senang-susah terus berganti. Kepercayaan itu berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri.
     Pengalaman  religi atau agama yang dialami seseorang dalam  kehidupannya, bisa menjadi inspirasi seorang pengarang untuk menuliskannya dalam  sebuah sebuah novel atau benntuk karya sastra lainnya dengan memperrhatikan nilai religius islaminya.  Oleh karena itu, sastra dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab banyak diantara karya sstra yang merupakan sarana penyampaian nilai-nilai keagamaan dan salahsatunya seperti yang ada dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron  Sirin.
Pembelajaran sastra baik di tingkat SMP dan SMA pada prrinsipnya bertujuan mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Seperti halnya buku bacaan pengetahuan lain, novel juga dapat difungsikan sebagai media pendidikan dan membantu menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam diri siswa sebagai usahamemperluas wawasan, memperhalus budi pekerti serta mengembangkan  kepekaan  siswa terhadap nilai-nilai indrawi, akali, dan sosial dalam  upaya pembentukan masyarrakat yang berwatak, beretika, dan berestetika melalui transfer of falue yang terkandung dalam novel.
Berdasarkan pemikiran di atas, pengajaran menganalisis dan mengkaji novel untuk mencari nilai-nilai religiusnya diharapkan menjadi bsebuah terobosan dalam menciptakan siswa-siswa yang hormat pada yang lebih tua, tenggang tasa pada yang seusia dan mencintai pada yang lebih muda, siswa yang menebarkan kebaikan tanpa pandang pilih, siswa yang mampu mengelola energinya dengan prestasidan aktualisasi kemampuan. Siswa yang tegar dengan segala lika-liku hidup (sehingga tidak mudahterjerumus pada kenikmatan yang melalaikan). Siswa yang memiliki otonomi moral atau akhlak sehingga tidak mudah terbawa oleh ajakan-ajakan negative, bahkan mampu mengingatkan jika orang lain terlanjur berperilaku negatif. Ini bukan dokrin, ini harapan yang terkumpul oleh kerinduan atas budaya religius yang makin terkikikisoleh dersanya kemajuan peradaban.
Novel Sangkakala Cinta dipilih dalam penelitian ini karana sangat menarik untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya yakni tentang kereligiusan yang dimilki oleh Fakih sebagai tokoh utamanya. Kereligiusan itu terkadang harus dapat ia pertahankan di tengah-tengah suasana yang selalu berganti dan sangat kuat pengaruhnya ketika ia sedang dalam perjalanan mencari pengalaman di dalam huupnya. Di sisi lain Fakih juga harus dapat berbaur dan berinteraksi denga orang di sekelilinganya yang memenga berbeda, baik tingakah laku maupun kebudayaan. Selain itu dari segi teknik penyampainnya, pengarang novel ini menggunakan pemilihan kata yang sangat lugas dan mudah dipahami oleh masyarakat awam, namun tidak meninggalkan nilai atau pesan agama di dalam karyanya.
Novel Sangkakala Cinta dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori strultural dengan bantuan pendekatan religi untuk menemukan nilai-nilai religius islam atau pesan agama di dalamnya. Penulis memilih menggunakan teori strruktural karena teori ini memnadang karya sastra sebagai teks mandiri dan dengan pendekatan ini, penulis berrmaksud untuk menjaga keobyektifan sebuah karya sastra, sehingga untuk memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, karya sastra harus dikaji berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niali penulis, dan lepas pula dari efeknya pada pembaca (Jabrohim 2003:54). Karya bsastra merupakan kesatuan structural yang setiap bagiannya menunjukan kepada keseluruhan. Dengan demikian, struktur karya sastra itu dibina oleh unsur-unsur karya sastra. Unsur-unsur tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Tetapi dalam penelitian ini, penulis leebih focus pada unsure intrinsiknya yang berupa tokoh dan penokohan saja untuk menemukan nilai-nilai religius islam yang ada di dalam novel Sangkakala Cinta.
Novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin mengisahkan perjalanan hhidup seorang anak muda saat ingin menggapai masa depannya. Fakih, pelaku utama dalam cerita ini, merasakan beratnya beban yang harus ia pikul demi merai cita-citanya. Fakih merupakan seorang pemuda miskin berasal dari Desa Belik-Pemalang ingin sekali melanjutkan studinya di UIN syarif Hidayatullah. Keinginannya tersebut tercapai meski harus meyakinkan kedua orang tuanya yang merasa tidak akan mampu memniayai sekolahnya. Setumpuk harapan yang sempat menggerutkan sketsa kebahagiaan di benak khayal Fakih, tidak tergambar jelas dalam perjalanan hidupnya. Kegagalan dan kekuatan terus membayangi.
Bukanlah Fakih kalau harus meratapi nasib. Dengan memiliki prinsip agama yang kuat, dari arah yang tidak disangka-sangka, ia menemukan jalan keluar dari derita itu. Ia berhasil mengais kembali puing-puing harapan yang terampas oleh derita. Atas izin Allah, ia pun berhasil meniti kembali cita-citanya.
Novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin merupakan novel yang bernuansa religius dan sarat akan nilai-nilai religius islam. Di dalamnya memaparrkan nilai-nilai agama yang perlu dimiliki oleh setiap orang, khususnya seorang mahasiswa karena tokoh utamanya yaitu Fakih adalah seorrang mahasiswa dengan mengambil latar kampus UIN Syarif Hidayatullah. Dengan demikian novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin tersebut dipandang perlu untuk diteliti guna nilai religius islam apa saja yang terkandung dalamnya.


Kajian Teori
Kajian teori di sini dimaksud langkah untukmenekuni pandangan para ahli yang berhubungan dengan sastra.  Teori para ahli merupakan bekal untuk mengadakan penelitian, mengumpulkan data, memerikasa data, sertamengolah data yang sudah terkumpul. Untuk ituklah dalam penelitian ini dikemukakansejumlah teori yang relevan dengan judul penelitian.
Teori Kesusastraan
Banyak pakar sastra yang memberikan batasantentang apa itu sastra diantaranya (Badudu, 1984: 5) yang menguraikan secara morfologis bahwa kata kesusastraan berasal dari kata su-sastra yang mendapat imbuhan ke-an. Kata dasar su-sastra sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu su yang berrarti baik, bagus, indah sedangkan sastra berarti tulisan.  Kata su-sastra  sendiri dalam bahasa Indonesia tidak cukup pemakainnya, kecuali dengan kata kesusastraan. Untuk pengertian su-sastra dewasa ini dipakai dalam kata sastra saja, sedangakan kesusastraan mengandung pengertian jamak yaitu sesuatu atau semua yang meliputi sastra.
Menurut Parkamin dalam Badudu, 1984: 6 pengertian kesusastraan berdasarkan arti katanya adalah semua tulisan atau karangan yang indah, yang berarti di dalamnya tercapai keseimbangan antara isinya yang indah yang dapat pula dilahirkan dalam bentuk bahasa yang indah.
Definisi tentang kesusastraan ini dikemukakan pula oleh Esten, 1981: 9 bahwa secara etimologi, kesusastraan lebih berarti karangan yang indah, sastra artinya tulisanatau karangan. Akan tetapi pengertian kesusastraan sekarang berkembang melebihi pengertian etimologisnya. Kata indah lebih luas maknanya, tidak hanya menyangkut pengertian rohani.
Sastra sebagai karya lisan atau tertulis yabg memiliki berbagai cirri keunggulan seperti keorrisinilan, keartistiakan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1984: 64).
Pengertian Novel
Menurut Sumardjo (1997: 29) istilah novel adalah sama dengan istilah roman. Kata novel berasal berasal dari bahasa Italia yang berkembang di Inggris  dan di Amerika Serikat. Sedangkan roman berasal dari genre romance dari abad pertengahan yang merupakan cerita penjang tentang kepahlawanana dan percintaan.
Menurut Tarigan (1985: 164) roman atau novel adalah suatau cerita dengan plot yang cukup panjang mengisi satu atau yang lebih menggarap kehidupan laki-laki dan wanita yang bersifat imajinatif. Menurut semi (1988: 32) mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu tegang pemusatan kehidupan byang tegas.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulakan bahwa novel merupakan buah pikiran pengarang yang sangaja dirreka untuk menyatakan buah pikiran atau ide, diolah penulis yang dihubungkan dengan kejadian atau peristiwa di sekelilingnya, bias juga merupakan pengalaman orang lain maupuan pengalaman penulis, polapenulisan mengalir secara bebas byang tidak terikat oleh  kaidah yang terdapat pada puisi.
Unsur-unsur yang Membangun Novel
Unsur yang membangun struktur fiksi ini ialah unsur ekstrinsik yaitu permasalahan kehidupan, falsafah, cita-cita, gagasan serta latar budaya yang menumpang kisahan cerita, dan unsur intrinsik (unsur dalam dari sebuah fiksi). Unsur intrinsik ini terdiri atas tema dan amanat, alur, perwatakan, sudut pandang, latar, gaya bahasa (Zulfahnur, 1996: 25).
Unsur-unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dalam sastra dan merupakan struktur yang susunana keseluruhannya utuh, unsur-unsurnya saling berhubungan, saling berkaitan erat.
Untuk dapat menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada unsur fiksi cerita yang berupa tokoh dan penokohan yang terdapat dalam teks novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin. Hal ini dikarenakan kedua unsur tersebut mendukung cerita.
Tokoh
Tokoh adalah elemen struktural fiksi yang melahirkan peristiwa. Tokoh yang biasa juga disebut pelaku adalah peran yang melakukan cerita itu atau yang diceritakan dalam cerita atau drama. Biasnya tokoh yang menjalin peristiwa dalam sebuah cerita atau novel.
Sumardjo dan Saini (1997: 144) berpendapat bahwa cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa yang digambarkan dalam plot. Menurutnya, tokoh dapat digolongkan berdasarkan perannya, yaitu:
Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis merupakan tokoh penganjawatan norma-norma, nilai-nilai bagi pembaca. Menurut Sudjiman (1990: 80), tokoh utama (protagonis) adalah tokoh dalam karya sastra yang memegang peran pemimpin di dalam drama atau cerita rekaan. Protagonis tidak identik dengan wirawan, tetapi selalu menjadi tokoh sentral.
Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh penantang utama dari tokoh protagonis. Protagonis mewakili yang baik dan yang terpuji karena biasanya menarik simpatik pembaca, sedangkan antagonis mewakili pihak yang jahat atau yang  salah (Sudjiman, 1990: 19)
Tokoh Tritagonis
Tokoh tritagonis adalah tokoh yang selalu bertindak sebagai pihak ketiga yang berusaha menjadi juru damai dalam konflik yang terjadi antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis  (Sudjiman, 1990: 20).
Penohokohan
Penokohan dan karakterisasi (karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan) menunjuk pada penenmptan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.
Ada dua cara pengarang memperkenalkan perwatakan tokoh dalam novel yaitu secara analitik dan dramatik. Semi (1988: 4), menjelaskan bahwa kedua cara di atas sebagai berikut:
a.    Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebaggainya.
b.    Secara dramatik yaitu pengarang tidak menceritakan langsung tetapi disampaikan melalui tiga hal yakni: (1) pilihan nama tokoh, (2) melalui gambaran tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, (3) melalui dialog, baik dialog yang bersangkutan dalam interaksinya dengan tokoh-tokoh lain.

Nialai
Pengertian Nilai
Menurut Daroeso (dalam Nurbanah, 2003: 16) nilai berarti suatu penghargaan atau kualitasterhadap sesuatu hal yang dapat dijadikan dasar penentu tingkah laku seseorang, karena suatu hal yang menhyenangkan (profitable) atau merupakan suatu sistem keyakinan (believe). Sementara itu, Semi (dalam Nurbanah, 2003: 16) mengatakan bahwa nilai adalah prinsip atau konsep mengenai apa yang dipandang baik dan benar yang hendak dituju.
Nilai tidak hanya tampak sebagai nialai bagi seorang saja, melainkan segala umat manusi. Nilai tampil sebagai sesuatu yang patutu dikerjakan dan dilaksanakan oleh semua orang. Oleh karena itu, nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Moedjianto dalam Soegito, 2003: 76). Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberiakn corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan, ketertarikan maupun perilaku.
Nilai dalam Sastra
Menurut Shipley (dalam Tarigan, 1985: 194-196) memberikan keterangan bahwa nilai-nilai dalam karya sastra dapat berupa:
a.    Nilai hedonik adalah bila nilai tersebut dapat memberikan kesenangan secara langsung kepada kita.
b.    Nilai artistic yaitu bila suatu karya sastra dapat memanifestasikan suatu seni atau keterangan seseorang dalam melakukan pekerjaan itu.
c.    Nilai cultural yaitu bila suatu karya sastra mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat atau suatu peradaban kebudayaan.
d.    Nilai estetis-moral-religi yaitu bila suatu karya sastra terpancar ajaran-ajaran yang ada sangkut pautnya dengan etika, moral, dan agama.
e.    Nilai praktis yaitu bila suatu karya sastra mengandung hal-hal praktis yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dikarenakan penelitian ini menyangkut masalah religius, maka lebih lanjut dikatakan bahwa nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterikatan manusia dengan Tuhan, keseriusan hati nurani, kesalehan, ketelitian dalam pertimbangan batin, dan sebagainya (Anonim, 1994: 65).

Religius
Kata religius merupakan terjemahan langsung dari bahasa Latinb yaitu religare yang berarti “ikatan” atau “pengikat diri”. Kata religius  biasa diterjemahkan dalam bahasa Indonnesia dengan perkataan agama. Namun di dalam pengertian yang lebih bernuansa kesusastraan perlu membedakan religius dan agama. Religius  berarti “ikatan” atau “pengikat diri” sedanhgkan agama memilikin pengertian peraturan atau ajaran. Oleh karennya perkataan religius lebih bersifat personalistis dari agamanya, artinya langsung mengenal dan menunjuk pribadi manusia, lebih menonjolkan eksistensi manusia yang hakiki (Dojosantosa, 1989: 98).
Religius dan Keagamaan
Menurut Mangunwijaya (1994: 11), religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menafaskan intimitas jiwa, yakni cita rasa yang mencakup totalitas ke dalam pribadi manusia. Sedangkan agama lebih menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan atau kepada “Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturran dan hukum-hukumnya, serta keseluruhan organisasi tafsir alkitab yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan.
Hubungan Religius dengan Sastra
Sastra dan religius mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hubungan sastra dengan religius dapat memaparkan segala bentuk aturan-aturan atau kaidah-kaidah serta norma kehidupan sentuhan seni dari segi bahasanya maupun tulisannya. Dengan kata lain, ajaran-ajaran agama yang dipaparkan dalam karya sastra mengandung unsur-unsur seni yangb bernilai religius (Iwo, 2001: 45).
Pengertian Islam
Suryana dkk (1996: 29) menyatakan bahwa Islam menurut bahasa berasal dari kata “aslama” yang berrarti tunduk, patuh dan berserah diri. Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAWberpedoman pada kitab suci Al Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.
Nilai-Nilai Religius Islam
Hakikat Nilai Islam
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identita yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran perasaan keterkaitan maupub perilaku. Drajat (1984: 260) mengemukakanbahwa sumber nilai islami dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yakni: (1) Nilai Illahi: Al Qur’an dan Al Hadist, dan (2) Nilai duniawi: pemikiran, adat istiadat.
Macam-Macam Nilai Islam
Akidah
Akidah Islam memiliki enam sendi yang dikenal dengan rukun iman. Akidah Islam merupakan bagian yang paling pokok dalam agama Islam yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amalan seseorang. Seseorang akan dipandang sebagai muslim atau bukan tergantung pada akidahnya.
Syariat
Secara etimologi syariat berarti sistem norma yang mengatur hubungan manuusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Menurut Azyumardi (2002: 36-38) syariat merupakan aturan berisi tata cara perilaku hidup manusia dengan melakukan hubungan untuk mencapai keselamatan.
Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata khalaqa dengan akar kata khulukun (Bahasa Arab) yang berarti perangai tabi’at dan adat atau darri kata khalaqun yang berarti kejadian buatan atau ciptaan. Jadi, secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang diperbuat (Daradjat, 1984: 30).
Teori Strukturalisme
Pemahaman terhadap karrya sastra dapat dilakukan dengan menggunakan teori struktural, yaitu penekanan terhadap deskripsi dalam suatu keseluruhan yang bermakna. Teori strukturalisme memiliki ciri utama totalitas bagian yang dapat dijelaskan dari hubungan diantara bagian itu. Selanjutnya Endraswara (2003: 49) berrpandangan bahwa strukturalisme pada dasarnya lebih merupakan cara berpikir tentang dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam hal ini strukturalisme diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling berhubungan.
Karya sastra dipandang bermutu, manakala karya tersebut mampu menjalin unsur-unsur secara padu dan bermakna. Secara struktural novel sebagai karya sastra tersusun atas beberapa unsur-unsur yang bersttruktur. Jadi, strukturalisme merupakan deskripsi hubungan fenomena berstruktur yang tujuannya memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antat unsur karya sastra itu untuk menghasilkan sebuah keseluruhan makna.
Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyususn teori-teori dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Cara kerja pendekatan religi berrbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau rasio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan).
Ihwal Penulis Novel Sangkakala Cinta
SIRIN MK, nama pena Khaeron Sirin, lahirr di Pemalang (Jawa Tengah). Menelesaikan pendidikan dasar (1988) dan Madrasyah Tsanawiah Negeri (1991) di Pamalang. Kemudian menamatkan Madrasyah Aliah Program Khusus (MAPK) di Solo (1994). Lalu menuntaskan kuliah S1 pada Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah IAIN Jakarta (1999), dan merampung S2 pada Program Studi Syariah Pascasarjana IAIN Jakarta (2003). Kegiatan saat ini adalah sebagai dosen di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (PTIQ) Jakarta.
METODE PENELITIAN
Metode dan Jenis Penelitian
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif diartikan sebagai proedur pemeccahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian dalam hal ini adalah nilai religius Islam berdasarkan fakta-fakta yang ditentukan sebagaimana adanya.
Menurut Nasution (dalam  Hidayat, 2001: 12) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah penelitian yang berusaha mengamati, memahami dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman makna. Penelitian ini mendeskripsikan data yang akan dianalisis berupa nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Dikatakan penelitian kepustaan karena penelitian inididukung oleh reverensi baik berupa teks novel maupun sumber buku penunjang lainnya yang mencakup masalah dalam penelitian ini. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang obyeknya berupa  buku, dokumen-dokumen cetakan atau naskah yang berbentuk manuskrip.
Data dan Sumber Data Penelitian
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tetulis berupa teks cerita yang berhubungan dengan nilai religius Islam yang terdapat dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.
Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku novel itu sendiri dalam hal ini adalah novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin yang diterbitkan oleh penerbit buku Republika cetakan 1 November 2009, memuat 8 bab dengan tebal 295 halaman.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah teknik membaca kritis dan pencatatan. Membaca kritis yang dimaksud adalah menelaah secara seksama rangkaian peristiwa yang ada dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin. Pencatatan yakni kegiatan mencatat data-data yang diperoleh dari hasil pembacaan seksama yang berkaitan dengan penelitian seperti kutipan yang meliputi tingkah laku tokoh, jaln pikiran tokoh, dan deskripsi pengarang untuk membentuk paparan kebahasaan yang memuat nilai religius Islam.
Teknik Analisis Data
Mata analisis data diuraikan sebagai berikut:
1.    Identifikasi data, artinya memberri kode pada data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.
2.    Klasifikasi data, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokan) data berdasarkan permasalahan penelitian.
3.    Deskripsi data, yaitu pemaparan data yang telah ditafsirkan ke dalam bentuk-bentuk paparan kebahasaan. Data yang sudah dipaparkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teori struktural dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan data tersebut.
4.    Menyimpulkan hasil analisis secara keseluruhan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Nilai Akidah
Nilai akidah adalah nilai yang berhubungan dengan keyakinan dan keimanan manusia terhadap apa yang menjadi kekuasaan Allah, yang terwujuda dalam rukun iman. Adapun nilai akidah dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin adalah sebagai berikut:
Iman kepada Allah
Iman kepada Allah SWT adalah percaya dan meyakini dengan sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah dan adanya iman kepada Allah pada diri seseorang dibuktikan dengan perbuatannya sebagai dampak dari keyakinan itu.
Iman kepada Allah SWT dalam novel Sangkakala Cinta dapat ditemukan pada saat tokoh Fakih mengemukakan keyakinannya akan keberadaan Allah SWT. dan keyakinannya bahwa Tuhan hanya satu. Saat itu, tokoh  sedang mengikuti klegiatan kaderisasi HMI. Dalam kegiatan tersebut ada seorang pemateri yang bernama Pak Zidan mengatakan bahwa Tuhan itu banyak. Tokoh Fakih yang mendengar pernyataan Pak Zidan tersebut tidak terima dan mencoba memberikan pendapat dan keyakinannya bahwa Tuhan hanya satu dengan merujuk pada Surat Al-Ikhlas dan dua kalimat syahadat sebagai referrensinya. Gambaran keyakinan tokoh Fakih tersebut dapat dilihat pada pengalaman kutipan berikut.
“Fakih yang mendengar statement itu tidak terima. Posisinya yang duduk di kursi bagian belakang, mau tidak mau, harus mengeluarkan suara keras dan lantang biar bias terdengar. Ia langsung mengatakan bahwa Tuhan hanya satu. Ia kemudian menyampaikan Surat Al-Ikhlas dan dua kalimat Syahadat sebahgai referensinya (Sirin, 2009: 122-123)”.
Pada penggalan kutipan teks novel Sangkakala Cinta di atas, dapat diambil sebuah pemahaman secara structural bahwa tokoh Fakih memiliki watak pengritik terhadap apa yang bertentangan dengan keyakinannya.
Iman kepada Kitab Allah
Iman kepda kitab Allah adalah meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada rasul-Nya sebagai pedoman untuk mendidik dan menuntun manusia ke jalan yang benar.
Penggalan kutipan yang menceritakan tentang keyakinan Fakih terhadap kitab Al Qur’an dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Tapi kan Al Qur’an dan hadist sebuah tuntunan yang tak kenal batas dan waktu, melainkan sepanjang waktu dari awal sampai akhir hidup”, Fakih membantah (Sirin, 2009: 119).
Iman kepada Rasul Allah
Beriman kepada Rasul adalah tuntutan iman kepada Allah, dan Allah menyuruh untuk mengimaninya. Kutipan yang menceritakan tentang keimana Fakih kepada Rasul Allah dapat dilihat pada penggalan kutipab berikut.
“Sebagai pedoman cara minta ampun kepada Allah, kamu bisa mencontoh Nabi Adam dan Hawa. Dalam memohon ampunan kepada Allah, mereka melakukannya dengan tulus, setia hati, pasrah dan berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama”. (Sirin, 2009: 97).
Iman kepada Hari kiamat
Iman kepada hari kiamat adalah meyakini datangnya hari akhir. Iman kepada hari kiamat yang terdapat dalam novel Sangkakla Cinta dapat dilihat dalam penggalan kutipab berikut.
“Asal kamu tahu, bahwa kelak ketika masa pengadilan dunia tiba, seluruh jin dan manusia berkata seperti kamu, bahwa mereka sangat menyesali bisa hidup”. Kyai Iskandar tampak menyindir Fakih (Sirin, 2009: 97).
Iman kepada Takdir Allah
Takdir atau qodo’ dan qadar adalah ketentuan Allah bagi manusia yang menunjukan Kemahakuasaan Allah dalam menentukan nasib manusia. Penggambaran iman kepada takdir Allah dalam novel Sangkakala Cinta dapat dilihat pada saat Fakih mendengar lagu “suratan”. Berikut penggalan kutipannya.
Lagu itu begitu menyayat hati Fakih. Seolah-olah mewakili persaan Fakih saat itu. Tak terasa, air matanya mengalir. Ada perasaan sedih, hancur dan sesal dalam hatinya. Selama ini, ia mencoba untuk bangkit, tapi sia-sia. Doa, harapan dan upaya tak mampu melawan nasib dirinya. “Inikah takdir yang harus aku terima?” Fakih pun menangis tanpa suara (Sirin, 2009: 254).
Dari kutipan penggalan di atas, dapat diambil sebuah pemahaman struktural bahwa tokoh Fakih memiliki watak yang pasrah terhadap takdir yang telah ditetapkan oleh Allah kepadanya.
Namuun kemudian Fakih merasa menyesal dan menyadari bahwa takdir Allah tidak bisa didahului. Kutipan yang menceritakan kesadaran Fakih terhadap takdir Allah yaitu sebagai berikut.
“Betapa sombongnya aku, sampai-sampai hampir mengakhiri hidupku sendiri. Mendahului ketentuan Allah yang mempunyai jiwa ini. Bukannya menjaga amanah, malah menyakiti. Ya Allah! Aku tidak bisa menyebut kata dosa lagi, sudah terlalu banyak, ya Allah!” Fakih kemudia mengucapkan kalimat istigfar sebanyak lima kali (Sirin, 2009: 263).

Nilai Syariat
Nilai syariat adalah nilai yang berhubungan dengan aturan yang menghubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Adapun nilai syaariat yang berupa ibadah dalam novel Sangkakala Cinta adalah sebagai berikut.
Menjalankan Ibadah Shalat
Ibadah  merupakan ajaran yang selalu dianjurkan Allah. Menjalankan ibadah sholat dalam novel Sangkakla Cinta dapat dirtemukan pada saat tokoh Fakih menjalankan ibadah shalat Djuhur di mushala dan shalat Ashar di kamar kostnya. Kutipan yang menggambarkan tentang menjalankan tentang menjalankan ibadah shalat dapat dilihat pada kutipan berikut.
Selepas azan, Fakih langsung beranjak dari duduknya menuju tempat wudhu. Tak lamakemudian, beberapa jamaah mushalah itu mulai berdatangan. Dengan ekspresi yang begitu lugu, ia pun membaurkan diri bersama jamaah lain untuk shalat Dzuhur berjamaah (Sirin. 2009: 30).
Berdoa
Berdoa merupakan bentuk ibadah yang menunjukkan permohonan dari harapan-harapan seseorang kepada Tuhannya. Penggambaran berdoa dalam novel Sangkakala Cinta tampak pada saat tokoh Pak Sodikum berdoa kepada Allah untuk kesuksesan Fakih. Berikut penggalan kutipan ceritanya.
“Ya Allah, semoga anak itu bisa sukses!” Tanpa sadar Pak Sodikun mendoakan Fakih. Ia pun teringat dengan nasib kedua anak perempuannya yang terpaksa menjadi TKW di Arab Saudi (Sirin, 2009: 33).
Nilai Akhlak
Akhlak nmerupakan pola tingkah laku yang baik maupun buruk. Nilai akhlak adalah nilai yang berhubungan dengan perilaku yang mencerminkan tindakan baik dan buruk dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Adapun nilai akhlak yang tedapat dalam teks novel Sangkakala Cinta  karya Khaeron Sirin adalah sebagai berikut.
Berbakti kepada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua merupakan sikap kepatuhan terhadap orang tuanya yang sanagt dihargai dan dihormatinya karena kasih sayang terhadap anaknya yang telah membesarkan dan merawatnya hingga dewasa.
Adapun kutipan yang menceritakan tentang hal tersebut sebagai berikut.
Sebenarnyafakih malas kalau disuruh ke tempat Yu Wartui, apalagi lokasinya agak jauh. Selain itu, ia juga malu jika bertemu dengan teman-temannya. Mungkin karena ia jarang pulang ke rumah. Tapi, melihat ibunya repot sendirian akhirnya ia berangkat  juga (Sirin, 2009: 5).

Saling Menolong
Saling tolong menolong dalam novel Sangkakala Cinta dapat ditemukanpada saat tokoh sugeng menolong Pak Darto yang sedang mencari tambahan buat biaya kuliah Fakih. Peristiwa yang mencerritakan adanya saling tolong menololng tersebut dapat dilihat kutipan berikut.
“Tapi Fakih itu anak pintar ya, Kang!” Sugeng melanjutkan pembicaraan, “Begini saja, sawa yang diobelakang sana, silahkan Kang Darto garap saja! Nda usah diparo, kang. Itung-itung buat ponakan. Tapi, dua panenan saja ya Kang!” Pak Darto yang awalnya hanya ingin genduh rasa (curhat), malah dikasih bantuan. Ia merasa tidak enak sama adiknya itu. Tapi, begitulah hubungan mereka sejak dulu, saling membantu (Sirin, 2009:17).
Saling Memaafkan
Saling memaafkan dalam novel Sangkakala Cinta dapat ditentukan pada saat tokoh Fakih dan tokoh Muzdalifah bertemu kembali setelah kejadian penabrakan yang dilakukan oleh tokkoh Muzdalifah  pada tokoh Fakih. Kutipannya sebagai berikur:
“Ya, Pak”. Wajah mahasiswa itu memerah, “Maaf Pak, saya benarr-benar minta maaf, saya tidak sengaja melakukannya, soalnya tadi pagi saya apa janjian sama dosen pembimbing skripsi saya. Kebetualan dosen pembimbing saya mau rapat. Saya tidak mau skripsi saya teruulur lagi.”
“sudah, lupakan saja! Perasaan dari kemarin kamu bilang “maaf-maaf terus? Seharusnya kamu punya prinsip dong (Sirin, 2009:279).
Bersyukur
Bersyukur merrupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan penerrimaan terhadap suatu pemberiaan atau anugerah dari Allahdalam bentuk pemanfaatan. Kutipan yang membicarakan tentang perilaku bersyukur dari kedua orang tua Fakih, selengkapnya dapat dilihat pada penggalan kutipan berikut.
Mendengar kabar gembira tersebut, seisi rumah langsung sumringah. Pak Darto langsung sujud syukur di lantai rumahnya yang terbuat dari ubin. Bu Lastri pun mengucapkan syukur sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya yang mulai dipenuhi oleh gurat-gurat penuaan (Sirin, 2009: 22).
Menjauhi Perbuatan Syirik
Syirik merupakan perbuatan yang menyekutukan Allah dengan selain Allah.adapun kutipan yang menjelaskan tentang menjauhi perbuatan syirik dalam novel Sangkakala Cinta terlihat jelas padabkutipan berikut.
“Jadi dasar tuduhanmu itu orang bpintar atau dukun, begitu?” Fakih mulai emosi, “Syirik Bas, dan orang musyrik itu tempatnya di neraka!” (Sirin, 2009: n213).

Berpendirian
Berpendirian merupakan sikap teguh dan tidak berpaling terhadap apa yang sudah diyakini seseorang. Bentuk sikap berpendirian dalam novel Sangkakala Cinta dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Sementara itu para buru yang lain selalu tidur nyenyak, walau udara sangat dingin. Kata Yanto, nmereka bisa nyenyak tidur karrena selalu minum bir, sebagai penghangat tubuh mereka. Fakih berkali-kali ditawari, tapi ia tak berani. Ia berusaha keras untuk mempertahankan apa yang telah menjadi prinsip hidupnya. Seperti ia lebih memilih disiksa dengan hawa dinginketimbang nanti disiksa oleh “hawa yang sangat panas” (neraka), (Sirin, 2009: 68).
Bersilaturahmi
Silaturahim merupakan salah satu dari tuntutan hidup Islam dan salah satu ajaran akhlak yang paling asasi di dalam Islam yang bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan yang telah terbina antar sesama kita. Kutipan yang menggambarkan tentang perilaku bersilaturami dalam novel Sangkakala Cinta dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Liburan semester telah tiba. Fakih pulang ke kampung. Ia ingin melepas kelelahan yangmenyelimuti tubuh dan pikirannya. Bersama keluarga, Fakih berencana mengunjuungi sanak saurada keluarga besarnya, termasukkakek-neneknya yang masih hidup. Alangkah bahagianya mereka, bisa bersilaturahim antar sesama keluarga besar (Sirin, 2009: 281).
Relevansinya Hasil Penelitian dengan Pembelajaran Novel di SMS Kelas Xl Berdasarkan KTSP
Pembelajaran sastra khususnya novel di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada prinsipnya bertujuan mengembngkan potensi dan kreativitas serta menambah pengalaman hidup sesuai dengan kemampuannya, serta mengenali dan mempertahankan dirinya.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hasil penelitian tentang nilai religi/agama dalam novel Sangkakala Cinta kraya Khaeron Sirin dapat ddijadikan bahan ajar SMA kelas XI semester dua pertemuan ke tujuh. Berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kegiatan pembelajaran di SMA yang berrhubungan dengan novel salah satunya berstndar kompetensi buku biografi, novel, dan hikayat.
DAFTAR PUSTAKA
Adamihadja, Kusnaka. 1976. Antropologi Sosial dalam Pembangunan. Bandung: Tarsito
Al-Ghazali. Menyingkap Rahasia Qolbu (diterjemahkan Moh. Syamsul Hasan). Surabaya: Amelia
Al Qur’an dan terjemahannya
Anonim. 1999. Nilai-nilai Bidaya Susastra Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikandan Kebudayaan
www.google:/pendtanreligiTEORIDANPRAKTISMUHAMMADFAJRI.htm. diakses tanggal 3 November 2010